Upacara Adat Aceh, Sarat Nuansa Religius

Amelia Ayu Aldira
Upacara adat Aceh hingga kini terus dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan Indoensia. (Foto: Antara).

ACEH, iNewsPortalAceh.id - Upacara adat Aceh hingga kini terus dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan Indoensia. Kebudayaan Aceh diwarnai dengan beragam jenis kesenian dan upacara adat yang merupakan satu aspek yang kental bagi kehidupan masyarakat Aceh.

Indonesia dikenal memiliki berbagai macam upacara adat yang berbeda-beda sesuai dengan suku, kebiasaan dan daerah. Salah satunya Aceh.

Upacara adat Aceh biasanya dilakukan pada saat perayaan tertentu secara turun-temurun sebagai tanda rasa syukur.

Berikut beberapa upacara adat Aceh yang masih dilestarikan:

1. Peusijuek Disebut tepung tawari. Dalam masyarakat Aceh, upacara ini dianggap sebagai upacara tradisional simbolis untuk mencari keamanan, kedamaian, kebahagiaan, berkah dan saling memaafkan.

Sebagian besar wilayah adat Aceh menampung prosesi upacara Peusijuek seperti upacara pernikahan, sunat rasul, Peusijuek Meulangga (bertengkar), Peusijuek pade bijeh (tanam padi), Peusijuek rumah baroe (rumah baru), Peusijuek Keurubeuen (hari raya qurban), Peusijuek jak haji (naik haji) dan masih banyak lagi.

Biasanya saat melakukan upacara Peusijuek, seorang Tengku (ulama) atau sesepuh (Majelis adat) diperkenalkan sebagai pemimpin upacara.

Ritual ini terkadang diikuti dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku untuk menerima berkah dan rahmat dari Allah SWT.

2. Meugang Salah satu tradisi meugang ini juga masih dilestarikan oleh mayoritas penduduk Aceh.

Tradisi ini konon sudah dimulai pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, ketika Islam menyebar ke Aceh sekitar abad ke-14 Masehi.

Tradisi meugang dilakukan oleh kerajaan di keraton yang dihadiri oleh sultan, menteri, pejabat kerajaan dan ulama.

Saat itu, raja memerintahkan rumah-rumah pekerja, badan yang menangani fakir miskin dan duafa untuk mendistribusikan daging, pakaian, dan beras kepada yang lebih membutuhkan.

Semua biaya ditanggung oleh bendahara silaturahmi, badan yang mengurus hubungan negara dan rakyat di kerajaan Aceh Darussalam.

Ada yang menyebutkan, tradisi Meugang dilakukan oleh Sultan Iskandar Muda untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada raja karena telah menyambut bulan Ramadhan, sehingga sapi dan kerbau disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat.

3. Kenduri Beureuat Dilaksanakan di masjid, mushola atau tempat pengajian.

Tradisi ini dilakukan pada 15 Sya’ban saja, sebagai rasa syukur serta menyambut bulan suci Ramadhan. Biasanya pada malam hari setelah ibadah salat Magrib atau Isya.

Masyarakat membawa menu masing-masing dari rumah untuk dihidangkan bersama. Sebelum memulainya ada panjatkan doa-doa, tujuannya dari tradisi ini untuk memohon keberkahan.

4. Ritual Sawah Suku Kluet Diselenggarakan oleh petani dan biasanya dilakukan saat menjelang turun ke sawah untuk pertama kalinya. Prosesi ritual ini dilakukan saat air dimasukkan ke dalam alur yang mengairi sawah.

Para petani biasanya memotong seekor kerbau. Serangkaian ritual adat tersebut merupakan perwujudan atas doa serta rasa syukur pada tuhan karena sudah memberikan rezeki yang melimpah.

5. Uroe Tulak Bala Tradisi ini dilakukan secara rutin setiap tahun di pantai Barat Selatan Aceh. Tujuannya untuk menolak bala atau musibah dan dilaksanakan pada bulan Safar.

Pada bulan tersebut dipercaya Allah telah menurunkan bala atau musibah ke dunia.

Nah, itu upacara adat Aceh yang masih dilestarikan oleh masyarakat daerah tersebut.

Setiap tradisi pasti mempunyai filosofi, keunikan, serta tujuan masing-masing.

Editor : Jamaluddin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network