Penasaran Seperti Apa Kehidupan Perkampungan Manusia Kerdil di Pedalaman Aceh?

Kiki Oktaliani
Mengenal Suku Mante yang misterius di Pedalaman Aceh (Foto: The Sun)

JAKARTA, iNewsPortalAceh.id - Perkampungan manusia kerdil tidak hanya ada di film saja. Ternyata, di Indonesia ada sekelompok suku yang dijuluki sebagai manusia kerdil.

Ya, kelompok tersebut bersembunyi di pedalaman hutan Aceh. Mereka tersebar di Aceh Timur, Aceh Besar, Pidie hingga bagian tengah Aceh atau dataran tinggi Gayo.

Manusia kerdil yang hidup di hutan belantara ini adalah Suku Mante yang sudah ada sejak 3.000 tahun sebelum masehi.

Penasaran seperti apa kehidupan perkampungan manusia kerdil di pedalaman Aceh ini?

Berikut ulasannya dirangkum pada Kamis (20/10/2022).

Tempat Tinggal Suku Mante.

Suku Mante diyakini ada di pedalaman Aceh.

Beberapa waktu silam, suku ini sempat membuat heboh jagat internet karena tertangkap kamera seorang pengendara motor trail yang tengah menelusuri pedalaman Aceh.

Suku Mante atau juga dieja Mantir diperkirakan termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Proto, yaitu satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat yang pernah mendiami Aceh.

Dalam legenda Aceh, suku Mante dan suku Karo adalah cikal bakal dari Kawom Lhee Reutoih (suku tiga ratus), salah satu kelompok penduduk asli Aceh.

Hingga kini belum didapatkan bukti ilmiah yang valid tentang keberadaan suku Mante.

Sejak viralnya video tersebut, Gubernur Aceh pada masa menjabatnya, Zaini Abdullah telah membentuk tim untuk meneliti keberadaan Suku Mante.

Sejauh ini kebenaran orang bertubuh kerdil itu hanya didapat dari cerita-cerita orang tua. Asal Usul Suku Mante.

Dalam buku "Ensiklopedia Aceh: Adat, Bahasa, Geografi, Kesenian, Sejarah", disebutkan asal usul bangsa Aceh adalah suku Mantir (Manteu, bahasa Aceh) yang hidup di hutan rimba Aceh.

Suku ini memiliki postur tubuh kecil bisa dibandingkan orang Aceh saat ini.

Sedangkan Dalam buku Aceh: "Rakyat dan Adat Istiadatnya, Volume II", yang ditulis Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936), penasihat pemerintah Hindia Belanda untuk masalah Islam mencatat “menurut kabar, orang Mante ini tanpa busana dan tubuh mereka berambut tebal".

Mereka dikatakan mendiami pegunungan di Mukim XXII, akan tetapi, semua informasi ini hanya berasal dari cerita.

Menurut Snouck sebagai suku primitif yang tinggal di dalam hutan, orang Mante pernah dijadikan label untuk merendahkan orang lain.

Snouck, dalam tulisan tentang Aceh dan dalam percakapan sehari-hari, orang yang tolol dan serba canggung disamakan dengan orang Mante.

Bahkan menurut Snouck, Mante (orang hutan) juga disebut sebagai "sekelompok orang yang sering diceritakan sebagai makhluk jahat dalam dongengan Aceh".

Meskipun demikian, dalam masyarakat Aceh pernah terdapat penggolongan rakyat ke dalam soeke (suku) atau kawon (kaum) berdasarkan keturunan dari nenek moyang pihak laki-laki dan adat istiadatnya.

Pada masa itu, ada empat kawon antara lain Kawon Ja Sandang yaitu orang Hindu yang bekerja untuk majikan masing-masing; Kawon Imeum peut (kaum imam empat) yaitu orang Hindu yang telah memeluk agama Islam, dan Kawon Tok Batu terdiri dari orang-orang asing, seperti Arab, Parsi, Turki, Keling, dan Tionghoa. Sedangkan orang Mante dan Batak masuk dalam Kawon Lherentoih (suku tiga ratus).

Ciri-Ciri Suku Mante Suku Mante memiliki ciri-ciri fisik seperti tubuhnya yang kerdil, dengan ketinggian rata-rata sekitar 60 cm.

Rambutnya panjang terurai sampai ke bagian bokong, dan sebagian dari suku ini tak berbusana.

Mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar serta wajah bersegi dengan dahi sempit. Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek.

Suku Mante bertubuh kerdil, badannya bungkuk, dan kakinya kecil. Suku Mante Miliki Aktivitas Normal Menurut cerita yang beredar, konon Suku Mante memiliki aktivitas yang sama seperti manusia pada umumnya.

Mereka mencari makan, berpakaian khasnya, hingga berkomunikasi dengan sesamanya. Konon dalam hidupnya, Suku Mante dikenal omnivora alias pemakan segalanya.

Artinya mereka mengonsumsi hewan, tumbuhan, biji-bijian, juga buah-buahan yang langsung didapat dari alam. Mereka memilih gua sebagai tempat berlindung.

Editor : Jamaluddin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network