ISTANBUL, iNewsPortalAceh.id - Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) mengungkap, perlu waktu puluhan tahun dan dana sangat besar untuk memulihkan kembali kondisi sosial ekonomi di Jalur Gaza, Palestina.
Gaza mengalami kemerosotan sosial dan ekonomi parah sejak perang dengan Israel pada 7 Oktober.
“Penilaian UNCTAD menggarisbawahi bahwa pemulihan kondisi sosial ekonomi pra-konflik di Gaza akan memakan waktu puluhan tahun dan membutuhkan bantuan asing yang besa,” bunyi pernyataan badan PBB tersebut, dikutip dari Anadolu, Kamis (1/2/2024).
Laporan yang salah satunya diambil berdasarkan gambar satelit yang dikombinasikan data resmi menghitung tingkat kerusakan akibat konflik.
Disebutkan, perekonomian Gaza sudah mengalami kontraksi sebesar 4,5 persen dalam 3 kuartal pada awal 2023.
Serangan Israel memperburuk kondisi tersebut, mengakibatkan kontraksi PDB sebesar 24 persen dan penurunan PDB per kapita sebesar 26,1 persen sepanjang 2023.
“Jika operasi militer saat ini segera diakhiri dan rekonstruksi segera dimulai serta tren pertumbuhan 2007-2022 tetap bertahan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 0,4 persen, Gaza akan membutuhkan waktu hingga tahun 2092 untuk memulihkan tingkat PDB tahun 2022 dengan PDB per kapita serta kondisi sosial ekonomi yang terus menurun," demikian data UNCTAD.
Bahkan, sekalipun skenario paling optimistis yakni PDB tumbuh sebesar 10 persen per tahun, PDB per kapita Gaza hingga tahun 2035 masih akan mencapai tingkat sebelum blokade pada 2006.
Israel memblokade Gaza pada 2007 yang memukul perekonomian wilayah berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa ini (sebelum perang).
“Pemulihan perekonomian Gaza akibat operasi militer saat ini memerlukan komitmen keuangan, beberapa kali lipat dari 3,9 miliar dolar AS yang dihasilkan pasca-operasi militer 2014 di Gaza, dan memerlukan pelibatan upaya internasional bersama untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi sebelum konflik,” demikian isi laporan.
Sebelum konflik terbaru ini, Gaza mengalami kondisi sosial ekonomi yang mengerikan.
Lebih dari 2,3 juta penduduk tinggal dalam kondisi langka kebutuhan dasar, seperti air bersih dan listrik.
Operasi militer yang sedang berlangsung memperburuk penderitaan Gaza, menyebabkan 85 persen penduduknya mengungsi serta melumpuhkan kegiatan ekonomi.
UNCTAD mendesak masuknya kebutuhan penting guna memutus siklus kehancuran ekonomi seraya memperingatkan agar tidak kembali ke status quo sebelum konflik.
“Kemungkinan dan kecepatan pemulihan di Gaza akan bergantung pada berakhirnya operasi militer, keterlibatan donor, dan kinerja pertumbuhan selanjutnya. Skenario optimistis menunjukkan, bahkan jika pertempuran segera berakhir, kondisi sosio-ekonomi Gaza kembali seperti sebelum pecahnya konfrontasi saat ini akan memakan waktu puluhan tahun, tanpa program pemulihan yang didanai dengan baik dan didukung sepenuhnya oleh masyarakat internasional." Laporan juga menekankan pentingnya dukungan keuangan segera kepada pemerintah Palestina.
UNCTAD memperingatkan akan terjadi keruntuhan lebih luas tanpa adanya pemerintahan dan layanan publik yang penting. UNCTAD menegaskan penyelesaian krisis Gaza bergantung pada diakhirinya operasi militer, pencabutan blokade, serta penerapan solusi dua negara sesuai dengan hukum internasional dan resolusi PBB yang relevan.
“Para donor dan komunitas internasional didesak untuk menyadari bahwa kendala terhadap perekonomian Palestina, khususnya di Gaza, lebih dari sekadar konfrontasi baru-baru ini,” katanya.
Serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 27.000 orang hingga Kamis (1/2/2024), sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait