JAKARTA, iNewsPortalAceh.id - Taman Arca , Museum Nasional Indonesia, berubah menjadi panggung keanggunan, sejarah, dan diplomasi budaya ketika Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), Himpunan Ratna Busana, bersama Kementerian Kebudayaan RI menggelar Peringatan Hari Kebaya Nasional 2025 bertajuk “Kebaya Bercerita”, Rabu (13/08/2025).
Sebagai federasi organisasi perempuan tertua dan terbesar di Indonesia yang berdiri sejak 1928, KOWANI menaungi 129 organisasi anggota dan konsisten memperjuangkan pemberdayaan perempuan, pelestarian budaya, pendidikan, kesehatan, dan diplomasi internasional. Tahun ini, perayaan digelar atas inisiatif KOWANI bersama Himpunan Ratna Busana, berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Kebudayaan, Sarinah, Kompas Gramedia, handbag handmade koleksi terbaru dari Lungsin, Mustika Ratu, Yayasan Puteri Indonesia, komunitas kebaya pengusung kebaya sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO, serta Perhimpunan Kebayaku. Dukungan mengalir dari seluruh Ketua Umum organisasi anggota KOWANI, serta izin penyelenggaraan dari Kementerian Kebudayaan RI di Taman Arca dan ruang Rotunda, Museum Nasional Indonesia. Acara ini juga dihadiri para Duta Besar negara-negara pengusung kebaya ke UNESCO.
Acara ini menjadi wadah penghormatan kepada para Ibu Kepala Negara dan Ibu Negara Republik Indonesia dari masa ke masa, yang telah mengangkat kebaya sebagai ikon pelestarian budaya dan duta Indonesia di panggung dunia.
Sejak pukul 18.30 WIB, para tamu disambut dengan pameran kebaya koleksi pribadi kepala Negara ke 5 dan Ibu Negara dari masa ke masa di Ruang Arca Rotunda, diiringi musik instrumental yang hangat dan elegan. Pameran ini menjadi magnet perhatian sekaligus membuka perjalanan sejarah kebaya di hadapan publik. Menambah kekhidmatan acara, Glory Oyong, Corporate Communications Director Kompas Gramedia, memandu jalannya perayaan sebagai pembawa acara.
Pembukaan resmi dimulai dengan Bumper Video “Kebaya Bercerita”, dilanjutkan doa lintas agama dan sambutan Ketua Umum KOWANI, Ny. Nannie Hadi Tjahjanto, S.H., yang menegaskan bahwa kebaya adalah jati diri bangsa yang harus dijaga lintas generasi.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Menteri Kebudayaan RI, Bapak Fadli Zon, selaku pengusung kebaya ke UNESCO. Beliau menegaskan bahwa kebaya telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada sesi ke-19 Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Asunción, Paraguay, 4 Desember 2024. Pengakuan ini merupakan hasil kerja sama antara Indonesia dan empat negara Asia Tenggara: Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Kebaya menjadi simbol persatuan dan identitas budaya kawasan, mencerminkan perpaduan budaya yang unik. Penetapan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian kebaya, serta memperkuat kerja sama regional dalam perlindungan warisan budaya takbenda, dengan dukungan penuh Duta Besar Indonesia untuk UNESCO saat itu, Prof. Ismunandar.
Turut hadir Ibu Titiek Soeharto, Ketua Umum Himpunan Ratna Busana sekaligus penginisiasi acara, yang mengenang almarhumah Ibu Tien Soeharto sebagai pelestari dan ikon kebaya Indonesia.
Salah satu sorotan malam adalah monolog “Perempuan Berkebaya” oleh Jessica Purboyo, diiringi dokumenter yang menyentuh hati, menampilkan kisah perjuangan perempuan Indonesia dalam mengangkat martabat bangsa melalui kebaya.
Puncak acara ditandai dengan penganugerahan Ikon Pelestari Kebaya kepada tujuh tokoh perempuan Indonesia yakni, Prof. Dr. (H.C.) Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI, Fatmawati Soekarno, Siti Hartinah Soeharto (Tien Soeharto), Hasri Ainun Habibie, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Kristiani Herawati Yudhoyono (Ibu Ani Yudhoyono), dan Iriana Joko Widodo
Penghargaan diserahkan langsung oleh Pendamping Wakil Presiden RI selaku Penasehat KOWANI, Ibu Silvi Gibran Rakabuming, didampingi oleh Ketua Umum KOWANI, Ny. Nannie Hadi Tjahjanto, S.H., dan Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kebudayaan, Ibu Grace Fadli Zon.
Sebagai penutup, Parade Kebaya & Sanggul Nusantara Lintas Generasi memukau hadirin. Menampilkan KOWANI Muda dari Yayasan Puteri Indonesia dan Pencinta Sanggul Nusantara, parade ini memamerkan kebaya dan sanggul khas dari 38 provinsi karya anak bangsa, masing-masing menampilkan ciri khas daerah, lengkap dengan logo KOWANI dan unsur organisasi asal. Keberagaman ini menegaskan persatuan Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI.
Perayaan ini tidak hanya memperingati Hari Kebaya Nasional ke-2, tetapi juga menjadi bagian dari rangkaian HUT Kemerdekaan RI ke-80, menyongsong 100 Tahun KOWANI pada 2028, serta menjadi tonggak penting dalam mempersiapkan estafet kepemimpinan generasi penerus untuk membentuk SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Editor : Armia Jamil
Artikel Terkait