SALATIGA, iNewsPortalAceh.id – Di saat harga bahan pokok meroket dan banyak orang harus mengencangkan ikat pinggang, sebuah warung makan sederhana di Salatiga justru menawarkan sesuatu yang nyaris tak masuk akal: makan sepuasnya, bayar seikhlasnya.
Warung itu bernama Warung Barokah, milik pasangan Sari dan Hendra. Lokasinya di Jalan Jenderal Sudirman, jantung kota Salatiga.
Setiap siang, antrean pengunjung tak pernah sepi. Pekerja bangunan, mahasiswa, pelajar, driver ojek online, hingga tukang becak, semua duduk berbaur menikmati sepiring nasi hangat tanpa dihantui tarif yang menekan dompet.
“Kalau ada yang tidak mampu bayar, ya tetap boleh makan. Tujuannya memang ingin berbagi rezeki,” kata Sari, sambil sibuk mengawasi kuali besar berisi soto ayam, Kamis (21/8/2025).
Tak main-main, dalam sehari mereka menghabiskan hingga 15 kilogram beras dengan biaya operasional tembus Rp1,5 juta.
Menu yang tersaji pun lengkap: ayam goreng, olahan telur, bihun, capcay, sayur tumis, hingga mie goreng. Dan semuanya bisa disantap sepuasnya.
Bagi pelanggan seperti Mulyono, seorang pekerja serabutan, keberadaan Warung Barokah ibarat oase.
“Membantu sekali di tengah ekonomi sulit. Kita bisa makan tanpa khawatir soal harga,” ujarnya dengan wajah lega.
Warung ini buka mulai pukul 11.00 WIB. Tapi jangan berharap bisa datang sore hari. Dalam waktu kurang dari dua jam, semua masakan biasanya sudah ludes.
“Kalau sudah habis, ya tutup. Besok buka lagi,” ujar Hendra singkat.
Di tengah kerasnya hidup dan mahalnya harga bahan pangan, Warung Barokah jadi bukti sederhana bahwa solidaritas masih punya tempat.
Makan sepuasnya, bayar seikhlasnya—konsep yang terdengar utopis, tapi nyata menyelamatkan banyak perut di Salatiga.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait
