PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id – Di balik kemegahan panggung MTQ Aceh ke-37 tahun 2025 di Kabupaten Pidie Jaya, terselip kisah luar biasa tentang Azkia Humaira, hafizah muda yang baru duduk di kelas 2 MAN 2 Pidie Jaya.
Ia berhasil menjadi Juara Harapan Cabang 10 Juz Putri, meski lahir dari keluarga sederhana yang nyaris tak mampu membiayai sekolahnya.
Tak banyak yang tahu, gadis santun ini merupakan santri didikan langsung Bupati Pidie Jaya, H. Sibral Malaysi, sejak kecil.
Ia tumbuh di bawah asuhan dan binaan lembaga yang dipelopori sang bupati — Ma’had Tahfizul Qur’an Al-Malaysia — yang dulunya berdiri di lantai dua sebuah ruko sederhana di kawasan Dialer Maar Motor.
Dari tempat sederhana itulah, langkah kecil Azkia menuju panggung prestasi dimulai. Saat teman-teman seusianya sibuk bermain, ia sudah tekun menghafal ayat demi ayat Al-Qur’an.
“Waktu kelas 2 SD, dia datang bersama ibunya. Ibunya menangis karena tak sanggup membayar biaya masuk. Tapi Pak Sibral langsung membantu separuh biaya agar Azkia tetap bisa belajar,” kenang pengelola Ma’had Tahfizul Qur’an Al-Malaysia, yang juga guru pertama Azkia.
Sejak saat itu, jalan hidup Azkia berubah. Ia menamatkan SD dengan hafalan 10 juz Al-Qur’an, dan terus melanjutkan pendidikannya di bawah bimbingan para ustadz dan ustadzah di Dayah Madrasah Ululmul Qur’an (MUQ) Pidie Jaya, yang kini menaungi lebih dari 200 santri aktif.
Meski kerap dihantam kesulitan ekonomi, semangatnya tak pernah padam. Bahkan di jenjang SMP, ia sempat menghafal hingga 30 juz Al-Qur’an, sebuah capaian yang luar biasa untuk usia remaja.
“Pernah dia hampir berhenti karena tidak ada biaya makan di asrama. Saya sampai menelpon kawan di luar negeri, Alhamdulillah ada donatur dari Malaysia yang membantu. Mungkin inilah keberkahan dari niat tulus seorang anak yang cinta Al-Qur’an,” ujar gurunya dengan mata berkaca.
Dari Keterbatasan Menjadi Inspirasi Nasional
Kini, nama Azkia Humaira menjadi perbincangan hangat di Pidie Jaya dan berbagai daerah di Aceh. Ia disebut-sebut sebagai simbol perjuangan generasi Qurani dari keluarga sederhana, sekaligus bukti nyata keberhasilan program binaan Bupati Sibral Malaysi dalam mencetak hafiz dan hafizah muda berprestasi.
Tak hanya para guru dan santri yang bangga, dukungan juga datang dari istri Bupati Pidie Jaya, Hj. Ny. Asmawati Sibral.
Melalui pesan singkat yang dikirim kepada wartawan, beliau menyampaikan doa dan kebanggaannya untuk Azkia.
“Amiin, dengan doa-doa Azkia Humaira, kami sekeluarga sehat selalu, khususnya untuk Ayah Sibral Malaysi Muhammad Ali, Bupati Pidie Jaya. Salam sayang buat Azkia,” tulis Ny. Asmawati dengan penuh kasih.
Kisah Azkia kini viral di berbagai platform media sosial karena keteguhan hatinya melawan keterbatasan.
Dari ruko sempit tempat ia belajar pertama kali, hingga panggung megah MTQ Provinsi Aceh, langkah kecilnya menjadi simbol bahwa kemiskinan bukan alasan untuk berhenti berjuang.
Generasi Qurani dari Pidie Jaya untuk Indonesia
Dayah Madrasah Ululmul Qur’an (MUQ) kini menjadi salah satu pusat pendidikan Al-Qur’an terbaik di Aceh. Dengan 229 santri aktif dan guru-guru berprestasi hingga tingkat nasional, MUQ terus berkomitmen mencetak generasi Qurani yang berilmu, berakhlak, dan berprestasi.
“Kami tidak hanya mendidik untuk hafal, tapi juga membentuk kepribadian Qurani. Tahun ini kami fokus pada kualitas hafalan, bukan hanya kuantitas,” ujar Ust. Saiful Mulki, Wakil Pimpinan MUQ.
Keberhasilan Azkia Humaira bukan hanya miliknya seorang, tetapi juga kemenangan bagi Pidie Jaya — daerah yang membuktikan bahwa dari pelosok Aceh pun bisa lahir bintang yang bersinar untuk Indonesia.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait
