ACEH BESAR, iNewsPortalAceh.id - Masjid Tuha Indrapuri, yang terletak di Kabupaten Aceh Besar, merupakan salah satu bukti peradaban Islam di Tanah Rencong. Masjid bertingkat tiga ini memiliki sejarah panjang dan unik, karena dibangun di atas bekas candi Hindu yang sebelumnya difungsikan sebagai pura dan benteng kerajaan Hindu Lamuri dari India.
Memasuki kawasan masjid, pengunjung akan disambut oleh pemandangan rimbun pepohonan dan kokohnya dinding benteng bersegi empat dengan atap mengerucut, ciri khas masjid yang masih dipengaruhi budaya Hindu.
Setelah menaiki belasan anak tangga menuju serambi masjid, terdapat dua kolam di bagian depan yang airnya digunakan untuk membasuh kaki para jamaah sebelum sholat.
Bangunan utama masjid ini terbuat dari kayu dengan dinding beton dan disangga oleh tiang-tiang kayu tua yang masih kokoh hingga saat ini.
Sejarah Masjid Tuha Indrapuri
Berdasarkan cerita turun temurun, masjid kuno ini dulunya merupakan bekas candi atau kuil yang dibangun oleh masyarakat Hindu India yang menetap di Aceh sekitar tahun 604 Masehi.
Ismawardi, pengurus Masjid Tuha Indrapuri, menjelaskan bahwa dulunya bangunan masjid ini merupakan milik kerajaan Hindu India. Pengikut Hindu India datang ke Aceh dan membangun candi.
"Kemudian mereka diterima oleh masyarakat Aceh. Lalu pada abad ke-12 Islam sudah berkembang di Aceh. Pada abad itu juga candi ini diubah menjadi masjid," ujarnya.
Saat itu, banyak orang Aceh yang masuk Islam, sementara pengikut Hindu India semakin sedikit. Karena tidak ada lagi yang mengurusnya, maka bangunan ini diserahkan kepada umat Islam.
Masjid Tuha Indrapuri: Simbol Perpaduan Budaya
Masjid Tuha Indrapuri bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol perpaduan budaya Hindu dan Islam di Aceh. Arsitekturnya yang unik dan sejarahnya yang panjang menjadikannya salah satu destinasi wisata religi yang menarik untuk dikunjungi.
Masjid ini menjadi bukti bahwa Islam di Aceh berkembang dengan damai, dengan menghormati budaya dan tradisi yang sudah ada sebelumnya.
Ismawardi menjelaskan bahwa setelah candi diubah menjadi masjid, pengikut Hindu India di Aceh pindah ke Pulau Jawa karena jumlahnya semakin sedikit.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, masjid ini difungsikan sebagai tempat berkumpul para ulama Aceh. Hal ini menunjukkan peran penting masjid dalam perkembangan Islam di Aceh.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta