TAKENGON, iNewsPortalAceh.id - Masyarakat suku Gayo, yang mendiami dataran tinggi Tanoh Gayo ditengah wilayah Provinsi Aceh merupakan penduduk yang sebagian besar mengantungkan kehidupannya melalui komoditas kopi berjenis Arabika.
Kopi Arabika Gayo disebut dikembangkan pada 3 kabupaten yaitu di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
Menurut data yang dihimpun dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, Luas areal kopi Arabika Gayo saat ini mencapai 103.495 Ha dengan total produksi 66.548 ton, melibatkan petani sejumlah 80.003 KK.
Ada yang berbeda tahun ini, karena disamping tengah dalam masa panen raya para petani kopi juga tengah dihadapkan dengan momentum Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA).
Para petani kopi Gayo saat ini tengah gembira karena telah sampai pada saat masa panen, biasanya kopi Gayo dipanen dalam 2 kali pertahunnya ya itu kisaran bulan Maret sampai dengan Mei dan bulan September sampai akhir tahun.
Disisi lain, saat ini Indonesia tengah melakukan pemilihan kepala daerah serentak yang akan diadakan pada 27 November mendatang, bagi para petani kopi Gayo Panen Raya dan Pilkada merupakan pesta yang sama-sama ditunggu.
Lalu apa hubungannya antara Panen Raya dan Pilkada bagi para petani kopi Gayo?
Tim iNewsPortalAceh.id berkesempatan mengunjungi salah satu petani kopi Gayo yang sedang memanen hasil perkebunannya, ialah Hasanuddin, seorang kepala rumah tangga yang menggantungkan kehidupannya melalui komoditas kopi berjenis Arabika ini.
Hasanuddin mengatakan 2 hal antara panen raya dan Pilkada merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh para petani kopi karena didalamnya terselip makna yang mendalam.
"Panen raya ini kami tunggu setiap setahun sekali, sedangkan Pilkada juga momen yang dirayakan selama 5 tahun sekali, bagi kami ini adalah pesta rakyat yang memberikan harapan-harapan masa depan," kata Hasanuddin.
Hasanuddin menjelaskan, petani kopi saat Panen Raya terselip makna harapan untuk menjalankan kehidupan kedepan, hasil kopi yang dipanen akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak-anak mereka.
"Kami sebagai petani kopi, kopi ini kami rawat dengan penuh cinta dan kasih, semenjak kecil ia telah memberikan harapan kepada kami, makanya pada saat panen kopi ini kami sangat bergembira karena kesempatan mendongkrak pendapatan kami sangat terbuka untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan anak berharap kehidupan yang baik dimasa depan," jelas Hasanuddin dengan penuh harapan.
Disisi lain Hasanuddin juga menjelaskan momentum Pilkada juga memberikan harapan kepada mereka, tentang kualitas petani kopi dan masa depan keluarga yang sejahtera.
"Kalau Pilkada memang pesta rakyat ya, kita memilih pemimpin kita kedepannya juga dengan harapan agar kami khususnya para petani kopi dapat diperhatikan kualitas hidupnya, maka terdapat harapan yang besar disana," tutur Hasanuddin.
Dapat disimpulkan bahwa dua momentum yang tengah dialami oleh para petani kopi Gayo saat ini terselip makna harapan, panen raya dengan harapan agar mendongkrak pendapatan dan Pilkada dengan harapan kedepan pemimpin terpilih akan memperbaiki kualitas kehidupan mereka kedepannya.
"Mari bergembira dengan 2 momentum ini, ikhtiar dan kerja keras serta memilih dengan hati nurani, semoga harapan-harapan itu dapat tercapai." Tutup Hasanuddin.
Editor : Jamaluddin