SUBULUSSALAM, iNews.id – Jeritan petani, khususnya di Kota Subulussalam, Aceh muncul saat harga tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit hanya Rp900 per kilo.
Jeritan itu kian menggema saat makin melemah, bahkan 50 persen dibandingkan harga acuan Disbun Aceh meski ekspor sawit telah diumumkan Presiden Jokowi.
Ketua Koperasi Sada Kata Kota Subulussalam, Wahda, turut merasakan jeritan itu, kepada iNews.id, Sabtu 25 Juni 2022.
Dia mengatakan,hampir di semua wilayah kecamatan kota ini, harga TBS di tingkat petani turun dratis. Dari sebelumnya Rp1.370 menjadi kisaran Rp1.000 dan Rp900/kg.
Kondisi ini, dinilainya sangat menyedihkan, harga TBS di tingkat petani anjlok, diperkirakan rata-rata 50 persen dari ketetapan Disbun Aceh,” ungkap Wahda.
Harga ini, menurut dia jauh lebih parah dibanding, Januari 2022, saat penerapan aturan kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI.
Sebagai petani, Wahda, sangat berharap kepedulian dan kebijakan pemerintah mengatasi persoalan harga TBS bisa kembali normal.
Namun, sebagai Ketua Koperasi Sada Kata, Wahda, berkomitmen mendampingi petani kelapa sawit swadaya berkelanjutan, tegasnya.
Diapun menilai, jika petani tak punya tempat untuk mengadu terkait kebijakan pemerintah menyangkut harga TBS sawit, padahal biaya produksi kelapa sawit, seperti pupuk, herbisida dan biaya panen di lapangan sangat tinggi.
"Sebagai petani sawit, kami minta pemerintah peka atas persoalan ini sehingga bisa mensejahterakan petani, seperti tahun 2021 di tingkat petani mencapai Rp2.800 hingga Rp3.000 per kilogram,” harap Wahda.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait