PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id - Akibat kemarau panjang terjadi beberapa bulan terakhir mengakibatkan tanaman kakao di Kabupaten Pidie Jaya,Provinsi Aceh, mengalami tak berbuah alias gagal panen di tahun 2023 ini.
Abdul Rahman Usman salah seorang Petani Kakao di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, menyebutkan bahwa tanaman kakao miliknya mengalami tak berbuah selama musim kemarau alias gagal panen.
"Meskipun tak berbuah atau gagal panen di tahun ini, kita setiap hari rutin untuk kekebun untuk merawat kebun agar tak tumbuh nya hutan, apalagi serangan hama coklat," sebut Abdul Rahman, Rabu 24 Mei 2023.
Abdul Rahman berharap adanya kepedulian dari pemerintah untuk para petani kakao di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, apalagi saat ini para petani gagal panen akibat kemarau panjang yang terjadi.
"Saya bertahan di kakoa karena bisa menghidupi keluarga dari hasil coklat ini, meskipun saat ini kondisinya kami petani kakao sangat terpuruk akibat kemarau tanamannya tak berbuah," imbuhnya.
Namun menurut dia, harga coklat kalau di permentasi mencapai Rp39.000 hingga Rp40.000 perkilogramnya. Harga ini berbeda dengan kakoa di jemur selama dua hari dari Rp24.000 hingg Rp25.000 perkilo gramnya dan ini merupakan masih harga standar.
"Kali ini tahun 2023 hasil panen tidak ada buah dan petani tidak ada penghasilan karena kemarau panjang alias gagal panen dengan luas lahan mencapai 30 hektar kebun coklat di Desa Pante Raja Tunong, Kecamatan Pante Raja, Pidie Jaya, Aceh, ini rimba coklat," jelasnya.
Seharusnya petani kakao penghasilan sebelumnya satu Minggu sekali panen mencapai 100 kilogram biji kakao dengan luas lahan kebun hanya satu hektar.
"Bisa jadi cuma 15 hari dapat dua kali panen dengan hasil biji kakao mencapai 200 kilogram dengan luas lahan kebun satu hektar, saat itu kehidupan petani coklat mencukupi, namun saat ini semua petani coklat gagal panen alias tak berbuah karena kemarau panjang," terangnya.
Kondisi gagal panen kakao di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, di perkirakan selama 4 hingga 5 bulan terakhir, sehingga membuat petani kakao kesulitan dalam mencukupi kebutuhan keluarga nya selama ini.
"Cuma tiga bulan kedepan baru kembali menunjukan hasil nya kembali coklat nya, karena saat ini sudah banyak batang berbunga lebat, maka itu kita butuh perhatian pemerintah untuk memberikan sedikit bantuan berupa pupuk dan lainnya, agar petani kakao tetap bertahan," tegasnya.
Padahal prediksi petani sebelumnya bahwa kakao tidak putus-putus berbuah cuma tergantung keadaannya, namun kali ini petani kakao benar-benar khawalahan karena cuaca kemarau mengakibatkan kakao tak berbuah.
"Sebelumnya satu hektar adalah 100 kg biji kakao, petani ada uang sekitar Rp2.500.000 sekali panen, maka selama ini kosong total jangankan untuk beli pupuk dan pemaksaan tanaman kakao untuk kebutuhan keluarga pun susah," sebut Abdul Rahman.
Abdul Rahman berharap kepada pemerintah daerah, Provinsi dan Pusat agar peduli dengan petani kakao yang masih setia untuk bertahan di tumbuhan kakao untuk kebutuhan menghidupi keluarga mereka. bahkan sebagian karena tak mampu bertahan akhirnya lari ke tanaman sawit dan lainnya.
"Kenapa saya mohon perhatian pemerintah karena kebutuhan yang di kelurahan untuk peremajaan coklat tak sesuai dengan yang di keluarkan dengan yang di hasilkan saat ini, dengan adanya kepedulian pemerintah terhadap petani coklat bisa meringankan sedikitnya para petani," pintanya.
Apabila dengan adanya kepedulian dari Pemerintah Pusat, Provinsi Aceh dan Daerah pastinya para petani kakao tak akan melakukan alih fungsi lahan kepada tanaman sawit dan tanaman lainnya, apalagi kabupaten Pidie Jaya ini merupakan memang wilayah yang menghasilkan komoditi kakao terbesar di Aceh.
Sementara itu Fauzi selaku wakil presiden kakao dunia berharap agar bentuk kepedulian pemerintah daerah lebih fokus kepada petani kakao supaya tanaman ini bisa selalu meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Kita semua tahu Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, sudah di tetapkan sebagai daerah komoditi kakao, seharusnya pemerintah Pidie Jaya lebih fokus ke tanaman kakao," ungkap Fauzi.
Apalagi saat ini para petani kakao sedang di Landa musim kemarau sehingga banyak kebun mereka tak lagi berbuat hampir berbulan-bulan, seharus nya ada perhatian khusus dari pemerintah untuk mereka petani kakao yang gagal panen.
Sementara itu Kabid Perkebunan Pidie Jaya, Cut Mutia, saat di konfirmasi terpisah melalu handphone selularnya, bahwa dirinya tak mempungkiri dengan kondisi petani kakao selama ini dengan kondisi kemarau panjang dan mengalami gagal panen oleh para petani kakao di tahun 2023 ini.
Namun meskipun begitu pihak nya kini terus berupaya untuk bisa meraih anggaran dari APBN untuk bisa membantu pemeliharaan dan perawatan kakao para petani kakao di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh.
"Kita saat ini tak menutup mata untuk petani kakao, semoga para petani mohon bersabar karena kami pun sedang berjuang untuk bisa tembus usulan kami di APBN di tahun ini dan tahun berikutnya, sedangkan dari dana APBK tak akan mencukupi untuk peremajaan kakao kita selama ini," ungkap Cut Mutia.
Seperti tahun yang lalu bahwa pihak Dinas Perkebunan dan Peternakan Pidie Jaya pernah mengusulkan 1000 hektar untuk peremajaan kakao di Pidie Jaya ke APBN. Namun saat ini belum terealisasi.
"Kita tetap berusaha tidak menutup mata untuk petani kita kakao, kita berharap dari APBN dan APBA, kita mengusulkan setiap tahunnya ke kementerian langsung kita usul, kalau untuk provinsi biasa nya mereka yang langsung memberikan kuotanya untuk kita Pidie Jaya, apa 20 hektar atau 40 hektar sebelum nya selalu begitu," jelasnya.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait