PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id - Masjid ini terlihat seperti masjid pada umumnya memiliki kubah dan ornamen unik karena peninggalan masa perang Belanda tempo dulu.
Dimana masjid kuno tua ini terletak di dalam sebuah komplek berukuran sekitar 47x35 meter yang di namakan masjid Baitul Abrar terdapat di Desa Nyong, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Meskipun kondisi bangunannya terlihat sudah tua peninggalan masa perang belanda dulu, tetapi masjid tersebut hingga saat ini masih berdiri kokoh dan masih aktif difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai tempat ibadah pada umumnya.
Masjid Baitul Abrar ini merupakan salah satu masjid kuno yang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, yang dibangun pada abad ke 19, namun masih difungsikan sebagaimana mestinya oleh warga Nyong.
lokasi situs ini terletak pada koordinat 05' 16' 25,5"° lu - 096'03'19,6"° bt dan berada pada ketinggian 41 mdpl, masjid baitul abrar berbentuk persegi dan terbagi kepada dua bagian.
Kendati, masjid baitul abrar ini memiliki keunikan tersendiri pada desain campuran Aceh, Cina dan Eropa, hal itu terlihat pada desain kayu jendela dan lainnya.
Sementara itu, Ibrahim, seorang warga menyebutkan bahwa sejarah bahan bangunan masjid tersebut banyak didatangkan dari Negeri Penang seperti batu dan ukiran-ukiran pada jendela masjid.
"Sudah ada yang renovasi ini, di bagian utara adalah masjid kuno sedangkan bagian selatan adalah masjid modern yang disambung langsung dengan masjid kuno," sebut Ibrahim.
Sedangkan masjid kuno ini memiliki luas 16 x 11.5 meter, pondasi dan dinding bawah masjid kuno dibuat dari susunan batu yang direkatkan menggunakan semen sedangkan dinding atas dibuat dari kayu.
Secara keseluruhan masjid kuno ini ditopang oleh 25 tiang kayu setinggi 2,5 meter terdapat dua buah kubah, dimana kubah paling tinggi memiliki hiasan motif flora dan geometri pada keempat sisinya.
"ornamen yang paling padat ditemukan pada jendela kayu," sebutnya.
Sementara bagian lainnya tidak memiliki ornamen, untuk lantainya masyarakat setempat telah merenovasi menggunakan keramik dan atap telah diganti dari atap rumbia dengan seng.
Sementara bagian-bagian lainnya masih mengekalkan bentuk dan bahan lama, sedangkan pintu masuk atau tangga utama masjid kuno ini terletak di sisi sudut utara dan timur, tangga tersebut terbuat dari semen dan belum pernah direnovasi.
"Untuk dinding sisi selatan masjid telah dirubuhkan agar masjid modern dapat tersambung langsung dengan masjid kuno," terang Ibrahim.
Pembangunan masjid baru ini atau renovasi masjid baitul abrar didasari oleh keperluan jamaah karena volume masjid kuno tidak mampu lagi menampung jamaah.
Khususnya pada peringatan hari-hari besar seperti shalat tarawih, shalat hari raya dan shalat jumat.
Di himpun dari berbagai sumber menyebutkan masjid baitul abrar didirikan oleh Raja Nyong atau dilakap dengan nama laksamana Polem Njong, beliau merupakan salah seorang Ulee Balang yang pernah memimpin kawasan ini pada masa lampau.
Namun dalam masyarakat lokal, masjid ini lebih dikenal dengan masjid Nyong, menurut informasi dari warga lokal masjid ini didirikan pada masa perang Belanda di Aceh.
Jika merujuk kepada konstruksinya masjid ini menyerupai beberapa masjid kuno lainnya yang dibangun di aceh pada abad ke-19 masehi.
Awalnya masjid ini berada di salah satu lokasi di sisi utara masjid sekarang, namun pada masa perang belanda di aceh sekitar tahun 1900-an masjid baitul abrar dipindahkan ke lokasi sekarang, semua kayu yang digunakan masih menggunakan kayu lama.
Tujuan pembangunan masjid ini adalah sebagai tempat ibadah raja-raja Nyong pada masa lampau.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait