BANDA ACEH, iNewsPortalAceh.id - Nama Inspektur Dua (Ipda) Adi Sanata Putra, dikenang sebagai salah satu sosok rela berkorban dalam pengabdiannya kepada masyarakat saat peristiwa tsunami Aceh, 26 Desember 2004 silam.
Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2004 itu gugur saat berusaha menyelamatkan banyak warga ketika bencana tsunami itu melanda provinsi berjuluk Serambi Mekkah 20 tahun silam.
Kisah Adi Sanata diabadikan di Museum Akpol lengkap dengan kronologi peristiwa kepahlawanannya. Seragam terakhir yang dia kenakan juga dipajang sebagai bentuk penghormatan.
Sosok Ipda Adi Sanata Putra Ipda Adi Sanata Putra merupakan laki-laki kelahiran Sabang, 15 Agustus 1983. Dia adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan A. Jenata dan Aisyah.
Dalam catatan di Museum Akpol, disebutkan Ipda Adi Sanata sebenarnya sudah mendapatkan penempatan di Polda Lampung.
Dia mengambil cuti dan pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Kuta Alam, Aceh pada 16 Desember 2004 dan mulai bertugas setelah 4 Januari 2005.
Pada 26 Desember 2004, gempa dahsyat melanda Aceh.
Saat itu, Ipda Adi Sanata langsung melaksanakan tugas kemanusiaan perdananya selaku perwira lulusan Akpol.
"Ipda Adi Sanata tanpa memikirkan keselamatan dirinya memberikan pertolongan dari ancaman reruntuhan bangunan akibat gempa yang dahsyat. la mengambil kendali dan memimpin warga untuk menghindar dari kemungkinan cedera yang fatal," dikutip dari catatan Museim Akpol.
Baju selam Ipda Adi Sanata Putra yang dipakai saat menyelamatkan warga dari tsunami Aceh dipajang di Museum Akpol. (Foto: Polri)
Masyarakat dikumpulkan ke lapangan sekitar dan warga yang masih ada di dalam rumah dijemput. Anggota Batalion Tatag Trawang Tungga itu juga berkeliling mengecek lingkungan.
Dia juga sempat kembali ke rumah untuk memakai seragam selam dan helm arung jeram saat mengecek keadaan di pinggir laut.
"Di tepi pantai, Ipda Adi Sanata melihat gelombang air laut yang besar menuju ke arah pesisir," tulis Museum Akpol.
Dia langsung bergegas ke lapangan tempat warga berkumpul dan meminta mereka mencari tempat yang lebih tinggi.
Saat air mulai datang, Adi sempat menggendong seorang anak untuk dibawa ke tempat aman.
"Saat terjadi gelombang Tsunami, Ipda Adi Sanata dihantam oleh gelombang dan masih sempat membantu menaikkan anak-anak ke atas perahu serta mengulurkan tali kepada warga yang hanyut, ia menempatkan batangan kayu besar yang hanyut untuk dijadikan pelampung bagi warga di tengah gelombang air," bunyi catatan di Museum Akpol.
Di tengah kemelut dan arus deras Tsunami, sosok Ipda Adi Sanata per lahan hilang, dia hanyut.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait