PIDIE, iNewsPortalAceh.id – Sebuah prosesi adat Aceh yang sarat makna mewarnai hadirnya ambulans baru di UPTD Puskesmas Geumpang, Jumat (12/9/2025) kemarin.
Tidak sekadar serah terima kendaraan dinas, tetapi juga doa dan harapan yang dituangkan dalam tradisi peusijuek—sebuah simbol keselamatan, keberkahan, dan perlindungan.
Di pedalaman Pidie yang kerap diwarnai akses jalan menantang, kehadiran armada baru ini ibarat napas segar.
Sirene yang kelak berbunyi dari ambulans tersebut diharapkan bukan hanya menjadi penanda darurat, melainkan juga kabar baik: pertolongan telah datang.
“Ambulans ini bukan sekadar kendaraan, melainkan amanah,” ujar Hj. Megawati, Str. Keb, Kepala Puskesmas Geumpang, dengan mata berkaca-kaca.
Ia menegaskan bahwa bantuan ini akan memperkuat kecepatan dan kesiapan layanan kesehatan di wilayah terpencil.
Mukhlis Noer, sopir ambulans yang akan memegang kendali setir, tak bisa menyembunyikan rasa harunya.
“Prosesi peusijuek ini membuat kami sadar bahwa setiap perjalanan membawa nyawa manusia. Doa dari masyarakat adalah penguat kami dalam menjalankan tugas,” ungkapnya.
Tokoh agama memimpin ritual adat dengan memercikkan air sejuk dan taburan beras ke tubuh ambulans.
Semua yang hadir larut dalam suasana penuh syukur.
Seolah setiap butir beras yang jatuh adalah doa agar roda ambulans selalu membawa keselamatan, bukan kabar duka.
Kepala Dinas Kesehatan Pidie, dr. Muhammad Dwi Wijaya, menegaskan bahwa pengadaan ambulans ini merupakan komitmen pemerintah memperluas akses layanan kesehatan hingga pelosok.
“Kami ingin memastikan masyarakat pedalaman tidak lagi terhalang medan sulit untuk mendapat layanan medis. Ambulans ini adalah bukti nyata bahwa perhatian pemerintah menjangkau semua lapisan,” tegasnya.
Masyarakat Geumpang menyambut hangat tambahan fasilitas ini. Bagi mereka, ambulans bukan sekadar alat transportasi medis, tetapi “penjaga nyawa” yang bisa mengurangi kekhawatiran kala darurat.
Kini, setelah peusijuek khidmat dan doa tulus dilantunkan, ambulans baru itu siap mengabdi di bumi Geumpang.
Dari jalanan berlumpur hingga tikungan terjal, ia akan menjadi saksi perjuangan melawan waktu—antara hidup dan harapan.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait