“Faktanya, negara hadir melalui BNPB, TNI, Polri, pemerintah daerah, hingga relawan yang bekerja tanpa henti. Kritik itu sah, tetapi harus berbasis data dan proporsional, bukan dibangun dari asumsi yang berujung pada politisasi,” jelasnya.
Lebih jauh, Tunjung yang juga mantan Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Padang ini mengingatkan agar tragedi kemanusiaan tidak dijadikan alat untuk kepentingan politik maupun pencitraan pribadi.
“Bencana harus menjadi momentum memperkuat solidaritas dan gotong royong, bukan dijadikan panggung untuk membangun narasi politik tertentu. Jika ini terus dibiarkan, yang dirugikan adalah para korban dan kepercayaan publik,” katanya.
Ia pun mengimbau para konten kreator untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam memproduksi informasi, terutama yang menyangkut isu bencana dan kekerasan terhadap perempuan.
“Pengaruh konten kreator hari ini sangat besar. Karena itu, empati, akurasi, dan etika harus menjadi pedoman utama,” pungkas Tunjung.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
