BIREUEN, iNewsPortalAceh.id-Jaringan Aneuk Syuhada Aceh (JASA) wilayah Kabupaten Bireuen, mengajak seluruh elemen masyarakat yang ada di Aceh untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan keamanan yang telah terwujud di Tanah Rencong.
Jelang perayaan Milad GAM yang ke-46 tahun 2022 ini, dia mengajak masyarakat mengenang kembali sejarah kelam Aceh, yang telah dilanda konflik berkepanjangan dan menimbulkan korban dari kalangan kombatan, masyarakat maupun pihak keamanan.
“Mari kita kenang kembali jasa orang tua kita yang telah tiada dalam memperjuangkan keadilan bagi kita semua, generasi muda Aceh saat ini,” kata Tgk Muliadi, Ketua JASA Bireuen, Rabu (30/11/2022).
Selaku Ketua JASA wilayah Bireuen dan saat ini juga menjabat sebagai Keuchik di Gampong Tanjong Raya, Kecamatan Gandapura, Muliadi menyebut telah banyak mendorong generasi muda di desanya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan.
Salah satunya melalui program pertanian, perkebunan dan peternakan yang dianggarkan baik dari Dana Desa, maupun bantuan Pemda dan Provinsi.
Dia ingin generasi muda dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan taraf hidup.
“Terkhusus masyarakat di Kabupaten Bireuen,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Mauliadi juga mendorong agar Pemerintah Aceh untuk meningkatkan upaya diplomasi dengan Pemerintah Pusat agar segera menyelesaikan butir-butir MoU Helsinki yang belum terselesaikan.
“Hal ini penting dilakukan agar tidak menjadi konflik kepentingan dan mengorbankan masyarakat, sebagaimana orang tua kami dulu saat Aceh terjadi konflik,” ungkapnya.
Muliadi menekankan, butir MoU yang belum terselesaikan itu di antaranya; Qanun Bendera Aceh.
JASA Bireuen berharap, tuturnya, apabila memang bendera Bintang Bulang tidak bisa dikibarkan, maka Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat agar segera mengumumkan kepada rakyat Aceh tentang pembatalan bendera tersebut.
“Selanjutnya mencari solusi bentuk bendera bagaimana yang dapat dikibarkan di Aceh, selain Bendera Merah Putih. Karena Aceh memiliki kekhususan tersendiri dalam hal bendera, lambang dan himne. Sehingga tidak menjadi sumber konflik baru di Provinsi Aceh yang kita cintai ini,” pungkasnya.
Editor : Jamaluddin