JAKARTA, iNewsPortalAceh.id - Tahukah Anda kalau perempuan pertama yang menyandang gelar laksamana laut ternyata berasal dari Indonesia?
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang membentang di tengah-tengah lautan memiliki sejumlah pahlawan laut yang berperan penting pada masa kolonialisme dalam sejarah bangsa seperti Kapten Pattimura.
Namun, apakah kamu tahu bahwa ada seorang wanita Indonesia yang berhasil menjadi laksamana laut perempuan pertama dengan aksi heroik yang luar biasa dalam melawan penjajah?
Lantas, siapakah sosok perempuan tersebut? Simak jawabannya di sini.
Laksamana Laut Perempuan Pertama dari Indonesia Perempuan tersebut adalah laksamana Malahayati, wanita pertama di dunia yang menjadi laksamana laut yang memimpin perang dalam pertempuran melawan para penjajah Barat di Indonesia.
Malahayati yang bernama asli Keumala Hayati adalah putri dari Laksamana Muhammad Said Syah, keturunan pendiri Kesultanan Aceh yaitu Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah dan lahir pada 1 Januari 1550 di Aceh.
Jiwa petarung lautan yang dimiliki Malahayati diturunkan dari sang ayah dan kakeknya yang merupakan laksamana angkatan laut yang gagah berani.
Hal ini membuatnya memutuskan untuk menjadi pelaut dengan memulai pendidikan akademi angkatan laut kesultanan bernama Mahad Baitul Maqdis.
Malahayati menikah dengan seorang Kepala Pengawal Sultan yang kerap memimpin pertempuran yaitu Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief.
Namun, suaminya gugur dalam pertempuran dengan Portugis sehingga Malahayati berjanji untuk meneruskan perjuangan sang suami dan membalasnya.
Kisah Perjuangan Laksamana Malahayati Malahayati berhasil diberi pangkat Laksamana oleh Sultan Riayat Syah dan ia pun membentuk sebuah pasukan tempur laut yang bernama Inong Balee dengan seluruh prajuritnya beranggotakan perempuan yang berstatus janda.
Inong Balee memiliki anggota mencapai 2.000 pasukan dengan perlengkapan seperti 100 unit kapal perang ukurang besar yang dapat menampung 400 pasukan masing-masing kapasitasnya.
Letak benteng Inong Balee berada di perbukitan dekat pesisir Teluk Lamreh, Krueng Raya, Aceh yang dikelilingi tembok setinggi 100 meter untuk menahan serangan musuh.
Bersama Inong Balee, Laksamana Malahayati meneruskan perjuangan untuk mengusir penjajah.
Misi pertama Laksamana Malahayati yaitu mengusir kapal perang Belanda yang dipimpin oleh dua bersaudara Cornelis dan Frederick de Houtman yang ingin menyinggahi Aceh Besar.
Saat pertempuran pecah pada 11 September 1599, Inong Balee berhasil menghancurkan kedua kapal musuh tersebut dan Laksamana Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman pada duel satu lawan satu di atas kapal musuh.
Tak hanya sebagai panglima, Laksamana Malahayati juga terkenal akan kemampuan negosiasi yang piawai yang dibuktikan pada perundingan bersama Laksamana Laurens Bicker dan Gerard de Roy yang diutus Maurits van Oranje untuk melakukan gencatan senjata.
Bahkan, ia berhasil membuat Belanda membayar kompensasi atas penyerbuannya sebesar 50 ribu gulden untuk membebaskan Frederik de Houtman bersama prajurit lain yang menjadi tawanan perang.
Tak hanya itu saja, Laksamana Malahayati juga pernah menerima James Lancaster, duta utusan Ratu Elizabeth I, yang bermaksud datang ke Aceh hanya untuk membeli rempah-rempah dan berdagang, bukan berperang.
Dikenal sebagai penguasa Selat Malaka, Laksamana Malahayati bersama pasukannya terus berlayar ke wilayah pantai timur Sumatera dan terlibat dalam berbagai pertempuran melawan Portugis maupun Belanda.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, Laksamana Malahayati gugur sekitar tahun 1606 saat sedang memimpin pertempuran dalam melawan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Castri yang menyerbu Krueng Raya Aceh.
Editor : Jamaluddin