get app
inews
Aa Read Next : Danrem Lilawangsa Bersama Masyarakat Panen Raya Jagung 8 Hektar di Aceh Utara

Diarak Naik Kuda Sebelum Pesenatken atau Dikhitan Tradisi Adat Alas Aceh Tenggara

Sabtu, 06 Juli 2024 | 14:01 WIB
header img
Teks Foto : Diarak naik kuda sebelum pesenatken atau dikhitan anak dari Bukhari Umar merupakan tradisi adat Alas Aceh Tenggara, di Desa Tualang, Kecamatan Lawe Bulan.(iNews / Medi).

ACEH TENGGARA, iNewsPortalAceh.id - Suku Alas merupakan suku terbesar di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara). Tentu saja terdapat aneka budaya di dalamnya, salah satunya adalah pesenatken (khitanan).

Pesenatken dalam suku Alas merupakan bagian kearifan lokal di Agara yang sampai saat ini masih terjaga eksistensinya.

Pesenatken dilaksanakan setiap keluarga apabila anaknya mencapai usia sekitar sembilan tahun.

Ada juga yang melaksanakannya ketika sang anak sudah duduk di kelas 4, 5, hingga kelas 6 SD.

Saat anak mencapai usia tersebut, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan kesehatan, setiap keluarga yang ingin menyenat (mengkhitan) anaknya haruslah mengikuti prosesi adat yang begitu unik dan menarik.

Didalam acara pihak pemamanen datang mulai pukul 10.00 hingga 14.00 atau bertepatan dengan bakda zuhur. Saat datang ke rumah yang dituju, pihak acara menyambut tamu undangan sambil mempersilakan duduk di tikar dengan hidangkan makanan yang telah disediakan.

Pada prosesi pemamanen ini anak yang akan dikhitan biasanya diarak naik kuda oleh orang kampung sebagai prosesi sebelum dikhitan bersama dengan keluarga lainnya.

Adapun jumlah kudanya, tergantung yang disediakan oleh pihak paman sendiri. Naik kuda ini menjadi informasi tersendiri bagi masyarakat kampung bahwa akan ada anak yang dikhitan pada hari itu.

Uniknya, pada saat arak-arakan kuda melintasi kampung yang dituju, masyarakat sekitar akan berdiri untuk melihat sekaligus menghormati prosesi adat tersebut.

Tak sampai di sini saja, setelah agenda arak-arakan selesai, ada lagi prosesi terakhir sebelum khitan dilangsungkan, yaitu pembersihan diri oleh anak yang akan dikhitan.

Prosesi ini pun sangat unik, anak yang dikhitan tersebut dibawa ke tempat wisata yang dia minta. Anak diberi kesempatan untuk mandi sambil bersabun dan bermain-main dengan temannya.

Selesai dari pemandian, tibalah puncak acara, yaitu pesenatken (khitanan) yang ditunggu-tunggu. Biasanya, pesenatken ini dilakukan pada sore hari menjelang magrib, sekitar pukul 17.30 atau pukul 18.00 sore.

Ketika prosesi khitanan berlangsung, ada juga agenda ‘cekheme’, yaitu prosesi perendaman tangan sang anak ke dalam air.

Ini dilakukan agar anak yang dikhitan nantinya akan merasa lebih tenang dan tidak merasa sakit.

Biasanya, prosesi ini dilakukan oleh kaum ibu, yaitu mamak dan eda (istri dari abang ipar) ataupun puhun (istri dari adik dari ibu) secara suka cita sambil memakai pakaian adat Alas itu sendiri.

Begitulah uniknya prosesi pesenatken suku Alas yang ada di Agara yang perlu dilestarikan sebagai kekhasan tersendiri.

Ritual ini dilakukan bukan sebatas formalitas adat belaka, lebih dari itu, ada pesan moral dari setiap prosesi yang digelar jika dilakukan sepenuh hati.

Selain itu, tradisi ini juga akan menjadi warisan bagi generasi selanjutnya untuk tetap survive di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan gencarnya budaya asing merongrong negeri.

Maka dari itu, perlu kerja keras antara semua pihak, khususnya pemerintah melalui majelis adat dan masyarakat.

Semuanya harus seiring seirama, bahu-membahu memperkenalkan identitas budaya yang indah ini ke generasi milenial.

Pemerintah bisa menjadikan ritual khitanan, perkawinan, atau secara adat Alas sebagai mata pelajaran khusus di jenjang pendidikan yang ada.

Upaya pelestarian adat juga bisa dilakukan dengan menggelar berbagai event perlombaan. Pada pentas seni kebudayaan alas misalnya, bukan hanya sebatas kontestasi tarian saja, tapi juga bisa menambahkan agenda kreatif lainnya.

Semua ini bertujuan agar kearifan lokal Agara tetap terjaga dan tak hilang digerus zaman. Semoga dengan ini Agara bisa menjadi salah satu kabupaten model (panutan) bagi perkembangan pusat seni dan budaya yang ada di Aceh.

Editor : Jamaluddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut