Perkuat pariwisata di Kota Sabang, UIN Ar-Raniry Banda Aceh inisiasi Kampung Inggris

Sabang.iNewsPortalAceh– Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Ar-Raniry Banda Aceh melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan tajuk Kampung Inggris, Senin, 25 Agustus 2025, di Aula Kantor Wali Kota Sabang.
Kegiatan ini mengusung tema “Penguatan Kapasitas Bahasa Inggris Masyarakat Lokal untuk Mendukung Pariwisata”. FGD dibuka secara resmi oleh Asisten I Pemerintah Kota Sabang, Irfani, S.Sos., MM. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh Pemerintah Kota Sabang atas terselenggaranya program pengabdian masyarakat ini.
“Pemko Sabang sangat berterima kasih kepada LP2M UIN Ar-Raniry. Kami berharap kegiatan seperti ini terus dilaksanakan agar dapat meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris putra-putri Sabang, sehingga mereka mampu bersaing mendapatkan beasiswa ke luar negeri, sekaligus bagi masyarakat luas untuk memperkuat kualitas pariwisata di Kota Sabang,” ungkap Irfani.
Sementara itu, Ketua LP2M UIN Ar-Raniry, Dr. Jasafat, MA, menegaskan bahwa program Kampung Inggris di Kota Sabang diharapkan dapat berlanjut melalui gelombang pengabdian berikutnya, guna memperkuat kolaborasi yang selama ini telah terjalin antara UIN Ar-Raniry dengan Pemko Sabang.
“Jika berdasarkan kesepakatan program ini akan diteruskan, maka semua pihak perlu berkomitmen dan memberikan kontribusi agar rencana yang kita susun benar-benar dapat terlaksana,” ujar Dr. Jasafat. Dalam sesi diskusi, perwakilan DPRK Sabang menyampaikan pentingnya pengembangan program ini agar tidak hanya terbatas pada beberapa titik, melainkan dapat diperluas ke seluruh wilayah Kota Sabang. Kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, masyarakat, dan perguruan tinggi juga menjadi salah satu harapan ke depan.
Program Kampung Inggris Sabang sendiri lahir sebagai respon terhadap kebutuhan peningkatan kemampuan komunikasi Bahasa Inggris masyarakat, khususnya di sektor pariwisata. Kota Sabang sebagai destinasi wisata internasional menuntut pelaku pariwisata—mulai dari pemilik homestay, pemandu wisata, pelaku UMKM, hingga penyedia jasa transportasi—memiliki kompetensi Bahasa Inggris yang memadai. Selama ini, keterbatasan kemampuan berbahasa menjadi salah satu hambatan dalam memberikan pelayanan prima dan pengalaman berkesan bagi wisatawan mancanegara.
Untuk memantik diskusi, Prof. Eka Srimulyani, MA., Ph.D., menyampaikan bahwa model pengembangan program ini berbasis komunitas. Ia menekankan pentingnya keberlanjutan program, mengingat sebelumnya juga telah ada kegiatan serupa melalui KPM/KKN mahasiswa. Prof. Eka juga menyoroti keterlibatan berbagai pihak lain yang memiliki program sejenis, seperti organisasi Aceh Australian Alumni (AAA).
FGD ini diikuti oleh berbagai unsur pentahelix, antara lain Dinas Pariwisata Kota Sabang, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sabang, perwakilan kecamatan dan gampong wisata, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Gampong Jaboi dan Kuta Ateuh, media lokal, serta stakeholder lainnya. Kegiatan berlangsung sukses dengan menghadirkan Dr. Nashriyah, MA, sebagai fasilitator diskusi.
Editor : Didik ardiansyah