get app
inews
Aa Text
Read Next : Frustrasi Bencana Berlarut, Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih Simbol Menyerah, Mendagri: Saya Cek

Sertu Hamzah Prajurit Kodim Aceh Tamiang Tetap Bertugas Meski Istri Wafat dan Rumah Luluh Lantak

Rabu, 24 Desember 2025 | 16:32 WIB
header img
Sersan Satu (Sertu) Hamzah Lubis, anggota Kodim 0117 Aceh Tamiang. Foto: Ist

ACEH TAMIANG, iNewsPortalAceh.id -  Sore itu, 26 November 2025, langit Aceh Tamiang seolah tumpah. Di tengah guyuran hujan lebat, Sersan Satu (Sertu) Hamzah Lubis sedang berjuang di garis depan.

Bersama rekan-rekannya di Kodim 0117, dia berjibaku mengevakuasi seorang warga yang terjepit reruntuhan longsor. Dengan alat seadanya, misi itu berhasil; sang warga selamat. Namun, Hamzah tak pernah menduga bahwa maut justru sedang mengintai rumahnya sendiri.

Malam harinya, meski baru saja turun piket, jiwa korsa Hamzah terusik. Dia melihat rekan-rekannya kewalahan menangani jalur nasional yang lumpuh total akibat longsor dan banjir. Ia memutuskan untuk kembali bertugas. Sang istri, Lelawani (39), sempat menahan langkahnya dengan kalimat perpisahan yang tak disangka menjadi yang terakhir: "Abang kan baru turun piket, jangan balik lagi nanti."

Pukul 20.10 WIB, Hamzah mengecup pamit istri dan kedua anaknya. Namun, hanya berselang satu jam lebih sedikit, sebuah suara gemuruh yang mengerikan terdengar dari arah belakang markas. Jantung Hamzah berdegup kencang; suara itu berasal dari arah rumah dinasnya.

Hamzah berlari secepat kilat. Hanya berjarak 100 meter dari pos jaga, ia mendapati kenyataan pahit: rumahnya hancur dihantam beton yang luruh bersama tanah longsor. Di balik puing-puing itu, dia melihat sosok istrinya terjepit. Hamzah mencoba segala cara, namun beton itu terlalu berat untuk tangan manusia.

Dalam kepasrahan yang luar biasa, dia hanya bisa mendekat dan membisikkan doa ke telinga istrinya hingga napas terakhir sang istri berembus.

Di tengah duka yang mencekam, suara lirih anak sulungnya, Bintang, memecah keheningan: "Pak, tolong Bintang." Dengan tangan kosong yang terluka, Hamzah dan rekan-rekannya mengerahkan seluruh tenaga untuk mengangkat beton. Bintang berhasil ditarik keluar meski tubuhnya penuh luka. Si bungsu, Amanda, secara ajaib juga selamat setelah terlempar keluar saat dinding rumah runtuh.

Jasad istrinya baru bisa dievakuasi keesokan harinya setelah bantuan alat berat tiba. Dunia Hamzah seolah runtuh, namun dedikasinya sebagai prajurit tak ikut goyah. Hanya tiga hari setelah pemakaman, di saat duka masih menyelimuti hatinya, Sertu Hamzah kembali menghadap komandannya. Dia meminta tugas kembali.

"Saya punya tanggung jawab. Walaupun pimpinan tidak memberikan beban itu sepenuhnya kepada saya, saya harus tetap mengabdi," ucapnya dengan tegar.

Kini, di tengah pemulihan Aceh Tamiang, Hamzah tetap terlihat di lapangan. Dia mengawal bantuan dan membantu warga yang terdampak bencana, membuktikan bahwa seragam yang dia kenakan bukan sekadar kain, melainkan simbol janji untuk terus melayani meski hati sendiri sedang hancur berkeping-keping.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut