PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id – Di tengah riuh kritik publik atas penebangan beberapa pohon di halaman Kantor Bupati Pidie Jaya, muncul suara penyejuk dari aktivis lingkungan sekaligus Ketua Komunitas Pijay Gleeh, Fazli Husin, yang mengajak masyarakat untuk lebih jernih dalam membaca konteks dan kategori ruang terbuka hijau (RTH).
“Jangan buru-buru menghakimi. RTH kantor dan RTH publik itu beda dunia. Jangan dibenturkan,” kata Fazli, kepada awak media Sabtu (20/7/2025).
Ia menegaskan, halaman kantor pemerintahan termasuk dalam RTH terbatas, bukan RTH publik seperti taman kota atau alun-alun.
Artinya, meskipun tetap harus ramah lingkungan, penataannya memiliki fleksibilitas sesuai kebutuhan fungsi kelembagaan.
“Kalau kantor butuh perbaikan estetika atau keamanan dan pohon yang ada sudah tua, diganti pun boleh, asal jangan hilangkan fungsinya sebagai ruang hijau,” ujarnya.
Fazli khawatir terjadi generalisasi yang salah seolah-olah setiap penebangan pohon di halaman kantor adalah tindakan melawan lingkungan.
Padahal, banyak dari penataan itu justru bagian dari proses revitalisasi—mengganti tanaman yang sudah rusak dengan yang lebih adaptif dan aman.
“Kalau semua RTH disamakan, justru bisa menimbulkan polimik. RTH publik memang harus dilindungi secara ketat. Tapi RTH kantor? Itu bisa ditata ulang asal tetap hijau.”
Lebih jauh, Fazli mengingatkan pentingnya komunikasi terbuka antara pemerintah dan masyarakat soal kebijakan tata ruang.
Menurutnya, transparansi bisa mencegah kesalahpahaman yang berujung polemik berkepanjangan.
“Pemerintah wajib menjelaskan: kenapa ditebang, apa penggantinya, dan bagaimana perawatannya nanti. Masyarakat juga perlu mendengar dengan kepala dingin,” tegasnya.
Fazli juga menggarisbawahi bahwa semangat menjaga lingkungan bukan sekadar soal menolak penebangan, melainkan bagaimana semua pihak turut menjaga kesinambungan ekologi melalui penanaman ulang, pemeliharaan, dan pemanfaatan ruang secara bijak.
“Menanam lebih penting daripada hanya melarang. Kita butuh tata kota yang sehat, bukan hanya ramai protes tapi minim solusi.”
Di tengah perdebatan yang mudah tersulut emosi, suara dari pegiat lingkungan ini menjadi pengingat bahwa kehijauan bukan soal siapa yang paling vokal, tapi siapa yang paling konsisten merawatnya.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait