PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id – Di ujung sebuah jalan berbatu di Gampong Tampui, Kecamatan Trienggadeng, hidup dua pasangan lansia dalam kondisi yang membuat hati terenyuh.
Di balik kampanye gencar program bantuan sosial, Ahmad Husen (85) dan Nuraini (57), bersama Nazaruddin dan Herawati, hidup dalam bayang-bayang keterlupaan.
Ahmad dan Nuraini tinggal dalam rumah yang tak lagi bisa disebut tempat tinggal layak: dinding kayu rapuh, atap bocor, lantai retak, dan tanpa kamar mandi memadai.
Sementara itu, Nazaruddin dan istrinya hanya berlindung di balik triplek rapuh yang tak sanggup lagi berdiri tegak diterpa angin kencang.
Meski hidup dalam kesempitan, kedua pasangan ini tetap menjalani keseharian mereka dengan bekerja seadanya di kebun dan sawah, bertahan dari hasil tani kecil yang jauh dari cukup.
Lebih menyakitkan, selama dua tahun terakhir, mereka tak tercatat dalam data penerima Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), ataupun Bantuan Langsung Tunai (BLT).
“Kami hidup seadanya. Tidak ada bantuan, tidak ada penghasilan tetap. Tapi kami tetap bertahan,” ucap Nuraini lirih, seraya menyeka peluh di keningnya.
Keprihatinan muncul dari warga setempat. Iskandar, salah satu warga Tampui, menyebutkan bahwa rumah Ahmad Husen sudah lama tak layak ditempati.
“Sudah saatnya mereka dibantu. Mereka sangat layak mendapat rumah baru. Setiap hujan turun, rumah mereka seperti perahu bocor,” katanya.
Namun, harapan warga belum berbanding lurus dengan kemampuan pemerintah gampong.
Keuchik Tampui, Dahlan, mengakui bahwa dana desa tahun ini hanya cukup untuk merehabilitasi dua rumah.
“Sayangnya, program hanya memperbolehkan rehab, bukan bangun rumah baru,” ungkapnya.
Mengenai bantuan sosial, Dahlan menjelaskan bahwa nama Ahmad Husen telah diajukan untuk BLT Ekstrem, namun sistem menolaknya karena ia pernah tercatat sebagai penerima bantuan di masa lalu.
“Kami sudah siapkan bantuan paket lansia untuk tahun ini. Semua warga miskin tetap kami perjuangkan,” tambahnya.
Kisah dua pasangan lansia di Tampui adalah potret buram dari sistem yang belum sepenuhnya menyentuh akar permasalahan.
Ketika usia tak lagi muda dan tenaga makin menipis, mereka justru harus bertarung dengan kondisi hidup yang tak manusiawi.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait