PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id – Angin sore itu menembus celah papan lapuk, menusuk hingga ke tulang. Di Dusun Haji Yacob, Gampong Meuko Kuthang, Kecamatan Bandar Dua, Maimunah (55) duduk di kursi reyot sambil mengusap air mata.
Di hadapannya, dua anak yatim yang ia rawat berdiam di sudut rumah nyaris roboh. Atap seng penuh karat bocor di banyak titik.
Dinding papan keropos berlubang, lantai tanah lembap mengeluarkan aroma basah. Saat hujan, air menetes di mana-mana; saat angin datang, udara dingin menerobos tanpa ampun.
Di pojok dapur, tungku beralas bata dikelilingi panci usang—saksi bisu perjuangan sehari-hari.
Anak bungsu Maimunah masih duduk di bangku sekolah. Anak sulungnya terbaring lemah di kasur tipis, berselimut sarung lusuh.
“Kalau hujan, kami basah semua. Angin juga langsung masuk,” ucapnya dengan suara lirih.
Permohonan Maimunah mengguncang hati warganet setelah video yang diunggah Jafaruddin, Rabu (13/8), beredar di grup WhatsApp Pidie Jaya.
Dalam video itu, ia menunjuk dinding bolong yang tembus cahaya sore, sambil memohon: “Tolong, Pak Bupati, Pak Wakil. Datanglah lihat keadaan kami.”
Ternyata, jeritan hati itu bukan tiba-tiba. Sejak 11 Januari 2024, Maimunah sudah mengirim surat resmi ke Bupati Pidie Jaya, melampirkan fotokopi KTP, KK, foto kondisi rumah, dan rekomendasi dari keuchik serta camat.
Isinya satu: meminta rumah layak huni untuk keluarganya. Video Maimunah cepat menyebar.
Warganet bereaksi dengan rasa iba, ada yang menawarkan bantuan seadanya, ada pula yang mendesak pemerintah bergerak cepat.
Semua sepakat: rumah reyot itu tak pantas lagi menjadi tempat berteduh manusia. Hingga berita ini diturunkan, belum ada jawaban resmi dari Pemkab Pidie Jaya.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait