get app
inews
Aa Text
Read Next : Abuya Amran Waly Beri Restu untuk Tarmizi – Said

Polemik PJ Bupati Aceh Jaya,Tokoh Pemekaran Angkat Bicara

Jum'at, 24 Juni 2022 | 07:51 WIB
header img
Adnan.NSTokoh Pemekaran Aceh Jaya. (Foto : Khadafy -iNews TV/MNC)

ACEH JAYA, iNews.id - Adnan NS, Tokoh Pemekaran Aceh Jaya angkat bicara terkait Calon Penjabat (PJ) Bupati Aceh Jaya diusul Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kamis 23 Juni 2022.

Kata dia, usulan atau ultimatum politik dari orang masih dalam kurungan penjara untuk Calon Pj Bupati Aceh Jaya, agak geli rasanya kita dengar ?

Meskipun itu sah-sah saja secara nomenklaturnya, imbuhnya kepada iNews.id.

Kemudian, yang mengusul itu bukan pula partai yang mayortas di DPRK Aceh Jaya, melainkan minoritas.

Berarti partai yang berpengaruh di sini (Aceh Jaya) terkesan dikibuli, diayun-ayun, disalip di tikungan tajam yang ber zig-zag.

"Tentu itu dinilainya, sangat memalukan kita semua," ujarnya.

Menjelaskan, apa yang terjadi di Aceh Jaya dalam suasana akan berakhirnya masa jabatan bupati definitif dan proses terjadinya penunjukan calon Pj nya seperti dilanda penuh harap dan cemas menanti calon Pj.

"Dalam suasana seperti ini DPRK terkesan tidak transparan, tidak ada temu pers secara luas sehingga publik tidak mengetahuinya, walau pun itu adalah mereka," ucap Adnan.

Dengan masuknya nama calon dari luar, terkesan Aceh Jaya ini minim kader ASN.

Tindakan ini sama dengan mencederai azas demokrasi selalu didengungkan.

"Sekaligus melecehkan pamor kedaerahan bernuansa kearifan lokal, melukai hati rakyat yang sudah memberikan kepercayaan kepada mereka." Dari segi peluang, kata Adnan, juga meremehkan porsi lokal.

Orang lokal tidak pernah diberikan kesempatan dan peluang bertugas di luar Aceh Jaya.

"Sementara sosok luar, ditugasi terus diberi kesempatan bercokol ke mari." Diapun mempertanyakan di mana hati legeslatif diberi Penjawantahan Rakyat.

Namun, saat memberikan kebijakan justeru menjadi terompet dari orang luar untuk 'menggoalkan' konsep orang luar ke dalam tatatan perpolitikan lokal.

"Menurut saya, 'pecundang-pecundang' di tubuh DPRK Aceh Jaya sedang mempermainkan politik jual "kucing dalam karung," Suara kucing semua mengeong, tapi masyarakat tidak mengetahui kucing siapa, warna apa, yang terima, beli dari juragan yang sedang berbungkus denga jala itu, imbuh Adnan.

Artinya, praktek itu sudah tahu ke mana arahnya. Dalam sistem perpolitikan orde baru juga sudah biasa digelar teori 'politik boh labu' dalam sistim penjaringan hingga penyaringan angka satu.

"Belum tentu tidak, dan saya cenderung yakin, pengusungan tiga calon PJ Aceh Jaya ini untuk pratik politik pasangan 'boh lalu' tandas Deklarator Aceh Jaya tersebut. Mengungkapkan, dua calon lokal dan putra daerah asli dan ada yang ayahnya salah seorang pejuang pemekaran Aceh Jaya pasti akan dijadikan 'boh labu' walau bobot dan bibitnya tidak diragukan lagi.

"Namun SK-nya kelak, tetap figur karbitan dititipkan melalui kaki tangan para pecundang-pecudangnya. Apakah itu bukan pengkhiatan terhadap rakyat ? ungkap Adnan bertanya.

Jangan biarkan rakyat Aceh Jaya 'meudarah Atee' dan jangan salahkan rakyat, jika nantinya mereka bergolak memperlihatkan taji melalui

"power people-nya," tegas Dosen Senior Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Iskandar Muda Aceh itu.

Editor : Jamaluddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut