get app
inews
Aa Text
Read Next : Tarik Pukat Cara Nelayan Tradisional untuk Menangkap Ikan Memperkuat Ekonomi Lokal

5 Tari Tradisional Aceh yang Populer, Nomor 3 Diperkenalkan Syekh Rifa’i sebagai Media Dakwah

Sabtu, 10 September 2022 | 15:44 WIB
header img
Tari tradisional Aceh cukup salah satunya Tari Rapa’i Geurimpheng. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

ACEH, iNewsPortalAceh.id - Tari tradisional Aceh cukup terkenal dengan keanekaragam budaya warisan tak benda. Aceh merupakan provinsi yang berada di atas pulau Sumatera.

Aceh memiliki banyak jenis tarian yang tersebar di setiap daerahnya. Mayoritas penduduknya menganut agama Islam dan Syariah Islam menjadi hukum positif di daerah istimewa tersebut.

Apa saja tari tradisional Aceh yang populer, simak uraian berikut ini:

1. Tari Saman

Salah satu media untuk menyampaikan pesan atau dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Tari Saman termasuk warisan budaya tak benda dan telah ditetapkan oleh UNESCO.

2. Tari Laweut

Awalnya tarian ini berasal dari Kabupaten Pidie. Seiring perkembangan zaman tarian ini mulai menyebar luas ke seluruh Provinsi Aceh.

Biasa disebut juga sebagai tari seudati inong karena bila dilihat dari gerakan, pola, teknik dan proses tarian ini mirip dengan tari seudati.

Tari laweut dan tari seudati sama-sama dimainkan oleh satu penyanyi dan delapan penari. Musik dan nyanyian memimpin mulainya tarian ini.

Dalam bahasa Arab kata lawuet memiliki arti selawat yang merupakan sanjungan untuk Nabi Muhammad SAW. Syair tarian ini juga mengandung banyak sanjungan selawat atas Nabi Muhammad SAW.

Sebelum menjadi nama Tari Lawuet, tarian ini dikenal dengan nama Tari Akoon (Seudati Inong).

3. Tari Rapa’i Geurimpheng

Tarian ini cukup berkembang di masyarakat pesisir timur Aceh. Bemula dari alat musik yang masuk ke Aceh, yaitu Rapa’i yang diperkenalkan oleh Syekh Rifa’i dari Baghdad sebagai media dakwah Islam dan hiburan.

Masyarakat Aceh sangat menyukai alat musik rapa’i, sehingga dibuatlah Tari Rapa’i yang diambil dari nama Rifa’i. Sedangkan kata Geurimpheng memiliki makna “banyak macam”.

Kemudian diambilah kata itu dan dijadikan satu menjadi nama Tari Rapa’i Geurimpheng. Nama tersebut juga menjadi gambaran jika tarian ini mempunyai kompisisi beraneka ragam dimulai dari gerakan kepala, badan, formasi, syair, hingga pukulan rapa’i.

Tarian dimainkan oleh 8-12 orang. Nilai-nilai yang terkandung didalamnya tentang ajaran Islam, dakwah juga nilai sufistik yang menyebar di masyarakat Aceh.

Pernah menjadi tarian yang hampir punah, kemudian pada 2017 dilakukan revitalisasi bertujuan agar tarian ini kembali mendapatkan antusiasme dari masyarakat serta pemerintah.

Selanjutnya, pada 2017 Tari Rapa’i Geumripheng ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTB Indonesia).

4. Tari Likok Pulo

Cukup berkembang dalam masyarakat Aceh dan khususnya masyarakat Pulo. Dalam tarian ini mengandur unsur-unsur nilai ajaran agama Islam.

Lebih jelasnya, tarian ini berasal dari Pulo Aceh, di Pulau Beras, bagian selatan Kampung Ulee Paya, Kecamatan Peuka Bada, Kabupaten Aceh Besar.

Diyakini oleh masyarakat setempat, tari likok pulo diperkenalkan melalui ulama Arab bernama Syeikh Ahmad Badron yang terdampar di Pulo Aceh.

Melihat ketertarikan dan kegemaran masyarakat Aceh terhadap permainan musik Rapa’i, kemudian dimanfaatkan situasi tersebut oleh Syeikh untuk berdakwah.

Setelah memperhatikan kondisi ketika memainkan alat musik tersebut yang penuh dengan likor (gerakan yang bergoyang menggunakan posisi duduk) akhirnya disebutlah gerakan tersebut sebagai Tari Likok dan karena berasal dari Pulo Aceh selanjutnya diberi nama tarian tersebut menjadi Tari Likok Pulo Aceh.

Tarian ini memiliki simbol kerja sama, kearifan karakter, gotong royong, masyarakat yang kuat dan nilai ajaran agama Islam.

5. Tari Ranup Lapuan

Tarian yang biasa dipertunjukkan untuk memberi penghormatan kepada tamu. Dalam bahasa Aceh Ranup Lapuan memiliki arti yang dimuliakan.

Sesuai dengan tradisi adat tarian ini juga dipersembahkan kepada orang yang dimuliakan seperti pejabat kerajaan, jika saat ini biasa disebut dengan pejabat. Tarian ini diciptakan berdarsarkan adat istiadat yang sudah sejak lama hidup tertanam dan berkembang di Aceh, terlebih pada adat menerima dan menghormati tamu.

Tamu biasanya diterima dengan penuh rasa hormat, serta mendapat suguhan sirih. Ini bisa dilihat dengan simbolik dari gerakan tari para penari, perlengkapan tari, dan sirih yang diberikan sebagai suguhan kepada tamu.

Gerakan tarian terlihat tertib dan lembut melambangkan sebagai ungkapan kehidmatan untuk mempersilahkan tamu duduk, sedangkan sirih melambangkan persaudaraan.

Tarian dimainkan oleh 7-9 penari remaja. Tarian diiringi musik modern dari band maupun okestra, selain juga dapat menggunakan alat musik tradisional seperti serune kale dan Geundrang.

Sehingga tarian ini dikategorikan sebagai tarian adat atau tarian upacara. Diciptakan pada 1962 oleh penata tari Yuslizar dengan grup Tari Pocut Baren, dan para pengasuhnya yaitu Ny. Hamid HS., Ny. AK. Abdullah, Ali Hayimi, Ny. T. Ismail, Ny. Sugono, dan lain-lain.

Itulah lima tari tradisional Aceh yang sebagian besar telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia (WBTB Indonesia).

Editor : Jamaluddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut