get app
inews
Aa Text
Read Next : Sinergi Polri dan Masyarakat: Kapolres Pidie Jaya Panen Udang Vaname, Wujudkan Ketahanan Pangan

Hebat ! Iksan Pensiun dari Preman Sukses Bangun Tambak Udang,Omzetnya Capai Rp50 Miliar per Tahun

Senin, 03 Oktober 2022 | 08:21 WIB
header img
Mantan preman yang akrab disapa Bang Mandor, Muhammad Iksan saat ini sukses membangun usaha tambak udang dengan omzet puluhan miliar rupiah. (Foto: YouTube Helmy Yahya Bicara)

JAKARTA, iNewsPortalAceh.id - Muhammad Iksan saat ini sukses membangun usaha tambak udang dengan omzet puluhan miliar rupiah. Siapa sangka, pria yang akrab disapa Bang Mandor ini dulunya seorang preman dan saat ini telah memutuskan pensiun dan hijrah.

Iksan merupakan seorang pengusaha tambak asal Muaragembong, Kabupaten Bekasi.

Di lokasi tambaknya terdapat lahan produksi udang vaname, rumput laut, dan bandeng. Jumlah udang yang diproduksi dalam satu klaster tambaknya seluas 10 hektare kurang lebih 150 ton per siklus tanam.

Hasil panen pada satu klaster bisa mencapai Rp40 miliar-Rp50 miliar per tahun.

"Udang itu kalo kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba," ujar Iksan, dikutip dari channel Youtube Helmy Yahya Bicara.

Meski begitu, dia mengakui perjalanan hidupnya tidak mudah dan banyak rintangan yang menghadang. Iksan mengatakan, dirinya sempat putus sekolah dan membantu orang tuanya yang berdagang asongan.

Namun, sejak kecil dia sudah familiar dengan tambak. "Karena setiap pulang sekolah zaman SD, selalu sempat mampir ke tambak. Dulu juga pernah punya tambak kecil-kecilan," kata dia.

Iksan juga mengaku pernah keluar dari kampung karena kerap baku hantam. Tak tahan dengan situasi itu, dia memutuskan pergi dari kampung dan melanjutkan hidupnya di Pasar Senen sebagai pengamen dan preman.

"Ya saya kabur dari kampung juga itu karena berantem mulu ribut terus. Termasuk mungkin saya, salah satu laki-laki gatau yang lain ada cerita apa enggak, yang duel siang hari dengan senjata tajam di jalan raya. Alhamdulillah, mereka berdua yang lari," ucapnya.

Karena ulahnya tersebut, Iksan kerap berurusan dengan polisi. Tak ayal, orang tuanya selalu dikunjungi polisi, dan akhirnya dia memutuskan keluar dari kampungnya.

"Jadi saya keluar dari kampung itu bawa gitar satu. Boleh pinjam sama teman, sama bawa uang seribu perak itu di tahun 1998-1999," tuturnya.

Kepindahannya ke Pasar Senen tidak serta merta membuat hidupnya jadi lebih mudah. Dia mengaku telah dipukuli oleh preman di terminal saat baru beberapa hari di sana.

"Saya beraniin diri terjun ke terminal. Hari pertama aman saya ngamen, hari kedua aman, hari ketiga babak belur digebukin anak-anak. Sampe gitar yang saya minjem bawa dari kampung itu habis buat nangkisin botol ama batu. Sampe akhirnya ada polisi lepas tembakan ke atas, baru akhirnya lerai," ujar Iksan.

Dengan pengalaman dan kerasnya kehidupan selama bertahun-tahun lamanya, Iksan akhirnya tumbuh menjadi seorang preman besar di terminal dan membuat dirinya berkuasa di banyak area.

Kendati demikian, Iksan mengaku bahwa dirinya mendapatkan pencerahan setelah perjalanan spiritualnya. Setelah bertaubat, Iksan akhirnya meninggalkan profesinya sebagai preman.

"Saya akhirnya mulai belajar bisnis dari menjadi pedagang asongan. Waktu hijrah itu selesai di seniman jalanan, saya ngasong pak dari situ saya belajar," ucapnya.

Editor : Jamaluddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut