Selain itu, kata Bustamian, sedangkan untuk biaya untuk perbaikan dan perawatan tak tersedia di kas mereka,seperti yang di butuhkan saat ini untuk membeli satu injektor 12 juta di kali 5 unit yang rusak, mereka tak memiliki biayanya.
Begitu juga dengan alat berat beco yang mengalami rusak pompa seharga Rp6,5 jutaan kalau di ganti yang baru.
Adapun alat-alat berat yang mengalami rusak seperti di kawasan Ulim ada beco kerusakan nya prom roda bulat, antislip, roler dan piring.
Sedangkan untuk alat berat bulzoser di kawasan Lhok sandeng, Meurah Dua, di kawasan Krueng Tijei, di cubo dan di gudang satu unit.
"lokasi alat berat yang rusak saat ini seperti Beco ada di Cubo satu, di Ulim satu, di Beuracan satu, di gudang satu beco besar, dan Greder di gudang, compek di cubo harus ganti mesin,yang lain sedang bekerja," terang Bustamian.
Bustamian menyebutkan bahwa untuk mencapai realisasi Rp2 Miliar PAD alat berat sangat susah, dimana yang pertama dari hasil harga sewa nya sesuai dengan Qanun nomor 6 tahun 2013. Untuk beco Rp1.250.000,-perhari atau delapan jam.
Kemudian di segi perawatannya, harga suku cadangan sabgat tinggi, Sedangkan untuk sewa bulzoser hanya Rp1.500.000 perhari.
"ini lah yang menyebabkan realalisasi pad kurang," imbuh Bustamian.
Sedangkan untuk penyewaan alat berat milik pribadi perhari bisa mencapai Rp1.800.000 sampai Rp2000.000 perhari.
Selain itu, selama ini kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Pidie Jaya tidak seberapa banyak, bahkan setiap tahun nya juga ada alat berat yang di masukkan ke Pidie Jaya oleh pihak lain untuk bekerja, maka itu tidak semua alat berat milik Pemkab ada yang sewa.
"Jadi ini lah faktor- faktor yang terjadi sehingga tak tercapai nya PAD setiap tahun di alat berat," terang Bustamian.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait