Bejamu Saman, Seni Tradisi Perekat Silaturahmi Suku Gayo

Medi Arjuna
Teks Foto : Bejamu Saman tradisi turun temurun yang mengakrabkan dan meningkatkan tali persaudaraan suku Gayo di Aceh.

ACEH TENGGARA, iNewsPortalAceh.id -Saman adalah salah satu kesenian yang berkembang di daerah Gayo yang dilakoni oleh laki-laki pada acara-acara tertentu. Banyak manfaat yang didapat melalui saman bagi masyarakat Gayo.

Salah satunya adalah pertunjukan saman yang dilakukan pada saat "bejamu saman" yang sudah menjadi tradisi masyarakat Gayo secara turun temurun.

Bejamu saman adalah salah satu tradisi yang berkembang di masyarakat Gayo, khususnya pada Kabupaten Aceh Tenggara dan Gayo Lues.

Biasanya waktu yang dipilih untuk melakukan kegiatan ini yaitu pada saat setelah hari-hari besar seperti setelah Hari Raya Idul Fitri, setelah Hari Raya Idul Adha, dan setelah melakukan panen padi.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempererat silaturahmi antara warga satu kampung dengan kampung lain.

Karena pada saat melakukan bejamu saman, anak laki-laki dan orang tua laki-laki akan mendapatkan serinen (sahabat).

Saman berasal dari bahasa tsamaanun, yang dalam bahasa Arab artinya delapan, seperdelapan.

Gerakan Saman awalnya dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo, Aceh Tenggara.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan pelaku Saman sekaligus Kepala Desa Kuta Buluh, Kecamatan Bambel, Aceh Tenggara, Muhammad Ramli, ST. MM., kepada iNews.id.

"Saman itu dari bahasa Arab, tsamaanun, artinya seni kedelapan. Saat itu Syekh Saman menyiarkan agama Islam dengan Saman sebagai fasilitas," ungkap Ramli saat ditemui usai pertunjukkan Bejamu Saman di Desa Kuta Buluh, Kecamatan Bambel, Kabupaten Aceh Tenggara, Senin (13/02/2023).

"Karena orang (suku) Gayo dulu itu kalau sudah duduk bertiga atau lebih pasti ngajak main Saman. Jadi itu budayanya. Mereka duduk semacam bersimpuh ada bentangan kayu yang isinya serbuk gergaji," tuturnya sambil mengenakan pakaian khas Gayo, baju Kerawang lengkap dengan kain penutup kepala sebagai simbol takhta.

Kopi dan rokok tak bisa lepas dari budaya masyarakat Gayo. Hampir tiap rumah menawarkan kopi sebagai jamuan minum.

Bukan air putih atau teh, bertukar rokok pun menjadi simbol keakraban bahwa antara tamu dan tuan rumah bisa cocok satu sama lain.

Salah satu tokoh pemuda gayo Kabupaten Aceh Tenggara Ikhwan Kartiwan, SIP., mengatakan bejamu saman tak dipungkiri menjadi simbol kerukunan di masyarakat Gayo.

Pasalnya, bejamu saman mempertemukan seluruh pemuda desa dengan desa lain hingga menjadi serinen (sahabat) yang akan menjadi simbol persaudaraan abadi yang menular ke sanak keluarganya kelak.

Bejamu saman dilakukan dengan mengirimkan salah satu pemuda desa untuk meminang desa lain sebagai rekan Bejamu. Waktu yang dilakukan dalam Bejamu Saman biasanya dua hari dua malam (saman roa lo roa ingi) dan satu hari satu malam (saman sara lo sara ingi).

Awal dari kegiatan ini biasanya bermula dari perbincangan seberu sebujang di suatu kampung.

Kemudian, keinginan Bejamu Saman ini disampaikan kepada tokoh masyarakat yang ada di kampung tersebut melalui mufakat.

Jika sudah di dapat kata sepakat maka hal ini disampaikan kepada seluruh sebujang Gayo (desa tamu dan penamu), dan biasanya mereka langsung melakukan latihan saman untuk menyambut kedatangan serinen mereka.

Sembari latihan, ada beberapa pemuda yang ditunjuk untuk mencari ketersediaan suatu desa untuk menjadi serinen mereka nantinya. Jika suatu kampung tidak menyetujui karena suatu alasan, maka pemuda tersebut langsung mencari desa lain.

Setelah mendapatkan kesediaan dari suatu desa maka dilakukan perjanjian, di mana dalam perjanjian itu memuat kapan Bejamu Saman dilakukan.

Saat hari-H, desa A akan melakukan penyambutan kepada desa B yang hanya terdiri atas sebujang dan orang tua laki-laki saja. Biasanya penyambutan dengan melakukan didong alo, yakni pengalungan kalung bunga oleh gadis gayo kampung A kepada tokoh masyarakat kampung B.

"Setelah penyambutan maka seluruh tamu yang datang dibawa ke tempat Bejamu Saman yang biasa disebut bangsalan yang sebelumnya telah dihiasi seberu sebujang gayo kampung A dengan adat istiadat setempat," ungkap Ikhwan.

Biasanya, tempat yang dipilih adalah tempat yang luas karena biasanya pada saat Bejamu Saman, selain menampilkan Saman antara desa A dan B, akan banyak datang penonton yang datang dari desa lain.

Setelah itu, dilakukan pemilihan serinen yang sebelumnya mereka tak saling kenal. Biasanya sebujang A mendatangi sebujang B kemudian serinen mereka dibawa ke rumah untuk dijamu dan diperkenalkan pada keluarga.

Acara bejamu saman dilanjutkan dengan berkumpul kembali di bangsalan dan acara saman pun kemudian dilakukan yang biasanya pertama kali dilakukan oleh tuan rumah.

"Segala fasilitas apa pun dari A sampai Z yang dia butuhkan saat 2 hari 2 malam, mulai dari makan, pakaian, tempat mandinya itu kita (penerima tamu) yang melayani. Nah, ini yang dikatakan bejamu saman yang hanya 2 hari 2 malam tujuannya mengikat silaturahmi ke orang lain. Prinsipnya 2 hari 2 malam ini sahabat sejati dunia akhirat lah," kata Ikhwan.

Bejamu Saman ini, hampir sama dengan saman-saman lainnya, yaitu dimulai dari salam kemudian memuat syair-syair yang dibawakan oleh penangkat saman.

Pada saat saman, biasanya hal yang paling menghibur bagi penonton adalah gerakan tari saman dan sonek yang dilantunkan oleh pengangkat saman. Sonek adalah salah satu jenis sastra gayo yang biasanya berupa pantun, yang biasanya dibawakan setelah lagu pokok atau jangin.

Dalam sonek ini, biasanya memuat tentang pesan, pujian, rasa syukur, dan sindiran halus. Setelah kampung yang menjadi tuan rumah melakukan saman, maka setelah itu kampung B balas melakukan saman juga.

Dalam melakukan saman ini tidak ada penentuan siapa yang menang atau kalah. Penilaian saman hanya dilakukan oleh dari masing-masing penonton saja dalam hati.

Dalam Bejamu Saman, tak lepas dari keikutsertaan seberu gayo (gadis gayo). Biasanya mereka melakukan tarian Bines untuk menghibur orang tua dan sebujang dari kampung B.

Pada saat menarikan tarian bines, ada kegiatan yang disebut "najuk" yang merupakan kegiatan pemberian uang kepada seberu gayo yang sedang menarikan tarian bines oleh sebujang kampung B. Biasanya najuk dilakukan kepada gadis gayo yang disukai.

Najuk dilakukan dengan menyelipkan uang pada lidi, kemudian lidi tersebut diselipkan pada sempol gadis gayo tersebut (Sempol adalah jenis sanggul yang biasanya berbentuk bunga yang terdapat pada suku gayo).

Namun, setelah diberlakukannya syariat Islam, sempol sudah jarang digunakan. Biasanya penari bines memakai jilbab yang dimodifikasi seperti sempol.

Setelah acara bines maupun saman telah selesai, ada acara pembagian selepah (oleh-oleh) dari masing-masing serinen. Selepah adalah pemberian dari serinen kampung A kepada kampung B yang didapat dari masing-masing serinen mereka.

Biasanya selepah berupa makanan khas Gayo. Namun seiring waktu, selepah tidak hanya memuat makanan khas Gayo akan tetapi bisa juga kebutuhan lain seperti sandang pangan, kasur, hingga tanah atau kebun yang bisa dikelola.

Setelah serinen terjalin, hubungan itu akan otomatis menular ke sanak keluarga mereka. Otomatis, hubungan itu pun berlanjut ke anak cucu mereka kelak.

"Kalaulah bejamu saman ini bisa kerjasama dengan pihak di luar Aceh mungkin bagus. Apa salahnya kita berserinen dengan orang suku lain, seperti dengan orang Jakarta? Tapi kan ini juga menyangkut adat, dan Bejamu Saman di Gayo Aceh Tenggara ini juga jadi bagian program Kemendikbud lewat Platform Indonesiana (kegiatan kebudayaan)," tutup Ikhwan.

Editor : Jamaluddin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network