Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Bukti Eksistensinya Pada Masa Lampau

Anissa puspa kirana
Keterangan Foto: Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Lonceng Cakra Donya (Foto: Antara)

BANDA ACEH, iNewsPortalAceh.id - Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang sekaligus menjadi bukti eksistensinya pada masa lampau. Kerajaan ini masuk daftar kerajaan Islam pertama di Tanah Air.

Bahkan, disebutkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia.

Ini terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera, Indonesia. Kerajaan ini didirikan sekitar abad ke-13 Masehi dan diperkirakan menjadi salah satu kerajaan Islam tertua di wilayah Nusantara.

Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik Al Saleh.

Samudra Pasai berhasil menjadi pusat perdagangan dunia, karena letaknya yang sangat strategis berada di dekat Selat Malaka, atau lebih tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh.

Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai ditunjukkan melalui aktivitas perdagangannya yang progresif dan dinamis.

Selain itu, mereka juga menggunakan koin emas untuk pembayaran dan menjadi pusat perkembangan Islam di Sumatera.

Setelah berkuasa selama tiga abad, Kerajaan Samudera Pasai runtuh pada abad ke-16.

Salah satu penyebabnya adalah ketika Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin, Kerajaan Samudera Pasai direbut oleh Portugis dan ditaklukkan pada tahun 1521.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.

Makam Sultan Malik Al Saleh. Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Makam Sultan Malik Al-Saleh (Unimal).

Sultan Malik Al Saleh atau Marah Silu adalah pendiri dan raja pertama kerajaan Samudera Pasai. Makamnya bertuliskan angka 1297 M dan diyakini sebagai batu nisan tertua yang pernah ditemukan.

Salah satu peninggalan Kerajaan Samudera Pasai adalah batu nisan di makam Sultan Malik Al-Saleh menjadi bukti pengaruh Islam Gujarat di Samudera Pasai. Bahasa yang dipakai yakni Arab, dengan kosakata khas agama Islam.

Makam Sultanah Nahrasiyah Sultanah Malikah Nahrasiyah kerap disapa Ratu Nahrasiyah menjadi Sultan perempuan pertama di kerajaa ini.

Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Samudera Pasai maju pesat hingga mampu mengendalikan ekonomi di Asia Tenggara.

Koin emas menjadi mata uang selain dinar.

Kepemiminan Ratu Nahrasiyah berlangsung selama 24 tahun. Dia pun wafat pada 128 Masehi.

Makam sang ratu pun hingga saat ini masih utuh dan tidak mengalami kerusakan. Saat ini kompleks makam ini jadi tempat wisata sejarah dan religi di Aceh.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Lonceng Cakra Donya (Antara).

Benda ini merupakan peninggalan masa Kesultanan Samudera Pasai. Lonceng Cakra Donya bisa dijumpai di Museum Aceh.

Disebutkan jika sebelumnya, lonceng ini sebagai bukti harmonisasi antara Kesultanan Pasai dengan Dinasti Ming.

Samudera Pasai sendiri merupakan kerajaan Islam pertama di Aceh, yang mana terletak di Samudera Geudong, Aceh Utara.

Pada abad ke-19, pusaka ini digantung di bawah pohon yang berada di depan Regional Belanda Kutaraja, kemudian sudah dipindahkan ke Museum Aceh dan menjadi salah satu koleksi sejak Desember 1951.

Dirham Kerajaan Samudera Pasai. Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Dirham Pasai (Twitter @TeukuDjouhan) Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Dirham Pasai (Twitter @TeukuDjouhan) Karena majunya kerajaan ini hingga mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham.

Uang ini jadi alat transaksi sah kerajaan. Dari dirham ini diketahui sejumlah raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai.

Pada dinar pertama masa pemerintahan Sultan Muhammad (1297- 1326) dengan satuan emas yang sepadan dengan 40 grains atau 2,6 gram.

Hikayat Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai.

Hikayat Raja-Raja Pasai merupakan sebuah karya sastra berbahasa Melayu yang menceritakan sejarah dan peristiwa yang terjadi di kerajaan Samudera Pasai.

Kisah ini menggambarkan berbagai aspek kehidupan politik, sosial dan budaya kerajaan. Dalam hikayat ini menceritakan masa pemerintahan raja-raja Pasai, konflik dengan kerajaan lain, penyebaran agama Islam, serta hubungan dengan kerajaan lain di nusantara pada saat itu.

Stempel Kerajaan Stempel Kerajaan Samudra Pasai pertama kali ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.

Stempelnya terbuat dari tanduk binatang dan berukuran sekitar 2 x 1 cm.

Meski berukuran kecil, stempel kerajaan ini memiliki nilai sejarah yang besar karena mencerminkan keberadaan otoritas dan kekuasaan yang terorganisir di Kerajaan Samudra Pasai.

Stempel kerajaan Samudra Pasai digunakan sebagai tanda resmi tanda pengenal kerajaan, yang mencerminkan kekuasaan Sultan dan pengaruh Islam dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Naskah Surat Sultan Zainal Abiddin Surat ini ditulis oleh Sultan Zainal Abidin sebelum wafat pada tahun 1518 M atau 923 H. Isi surat tersebut dicatat oleh Kapitan Moran yang saat itu mewakili perwakilan Raja Portugal di India.

Ditulis dalam bahasa Arab, surat ini menjelaskan keadaan Kerajaan Samudera Pasai pada abad ke 16. Surat ini juga menggambarkan keadaan akhir Kerajaan Samudera Pasai setelah Portugis menaklukkan kota Malaka pada tahun 1511 M.

Surat ini juga menyebutkan nama-nama kerajaan atau negara yang berkerabat dekat dengan Kerajaan Samudera Pasai, seperti Negeri Mulaqat (Malaka) dan Fariyaman (Pariaman).

Makam Ratu Al Aqla Ratu Al Aqla merupakan putri dari Sultan Muhammad Malikul Dhahir yang Wafat pada tahun 1380 M.

Makam ini berada di Gampong Meunje Tujoh kecamatan Matangkuli. Bentuk nisan makam sang ratu tertulis kaligrafi yang dibuat dalam Bahasa Arab dan Bahasa Kawi.

Itulah penjelaskan mengenai peninggalan Kerajaan Samudra Pasai.

Keberadaan peninggalan kerajaan Samudera Pasai adalah kekayaan sejarah yang tak ternilai yang tetap harus dijaga dan dilestarikan.

Editor : Jamaluddin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network