NEW YORK, iNewsPortalAceh.id – Rata-rata satu anak terbunuh setiap 10 menit di Jalur Gaza akibat eskalasi konflik antara Israel dan Palestina sejak 7 Oktober lalu.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada Dewan Keamanan PBB, Jumat (10/11/2023).
“Tidak ada tempat dan tidak ada seorang pun yang aman (di Gaza),” kata Tedros kepada dewan yang beranggotakan 15 negara itu.
Dia mengatakan, setengah dari 36 rumah sakit di Gaza dan dua pertiga dari pusat layanan kesehatan primernya kini tidak berfungsi.
Sementara rumah sakit yang masih beroperasi pun kini harus bekerja jauh melampaui kapasitasnya. Dia menggambarkan sistem layanan kesehatan Gaza kini sudah lumpuh.
“Koridor rumah sakit penuh dengan korban luka, orang sakit, dan sekarat. Kamar mayat meluap. Pembedahan tanpa anestesi. Puluhan ribu pengungsi berlindung di rumah sakit,” ujarnya.
Zionis telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas, setelah kelompok pejuang Palestina yang menguasai Jalur Gaza itu melancarkan serangan ke Israel lewat Operasi Banjir al-Aqsa pada 7 Oktober lalu.
Serangan Hamas kala itu berhasil menewaskan sekitar 1.200 orang Israel dan menyandera lebih dari 240 warga zionis.
Sejak itu, Israel terus membombardir Gaza–daerah pesisisr berpenduduk 2,3 juta orang–dari udara. Pasukan zionis juga melakukan pengepungan dan melancarkan invasi darat.
“Rata-rata, satu anak terbunuh setiap 10 menit di Gaza,” kata Tedros.
Sejak 7 Oktober, WHO telah memverifikasi lebih dari 250 serangan terhadap layanan kesehatan di Gaza dan Tepi Barat.
Sementara itu ada 25 serangan terhadap layanan kesehatan di Israel. Israel menuduh Hamas menyembunyikan senjata di terowongan di bawah sejumlah rumah sakit.Namun, tuduhan itu dibantah Hamas.
Dewan Keamanan mengheningkan cipta sejenak di awal pertemuan untuk mengenang warga sipil yang terbunuh di Israel dan Gaza, serta 101 orang yang bekerja dengan badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA).
Tedros lantas mengenang masa kecilnya saat perang di Ethiopia, dan mengatakan bahwa dia memahami bagaimana sulitnya situasi yang dialami anak-anak Gaza.
“Suara tembakan dan peluru yang bersiul di udara, bau asap setelah serangan, peluru pelacak di langit malam, ketakutan, rasa sakit, kehilangan – hal-hal ini selalu melekat pada saya sepanjang hidup saya,” katanya.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait