JAKARTA, iNewsPortalAceh.id- Peristiwa Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam meninggalkan kenangan yang masih membekas bagi masyarakat tanah air.
Meski telah 19 tahun berlalu, peristiwa itu menyisakan trauma mendalam bagi para korban, salah satunya artis Cut Meyriska. Kala itu dirinya menjadi salah satu korban selamat.
Dalam sebuah konten podcast bersama Citra Kirana dan Rezky Aditya, istri Roger Danuarta itu pun membagikan kisah yang dialaminya kala menjadi korban Tsunami Aceh.
Cut Meyriska yang kala itu menetap di Medan, berencana untuk pulang kampung sekaligus liburan ke Aceh untuk menjumpai keluarganya di sana.
Dia pun berangkat terlebih dahulu bersama om dan tantenya sementara kedua orangtuanya nanti akan menyusul.
Di malam sebelum peristiwa nahas tersebut terjadi, Cut Meyriska sempat bermain di pantai bersama keluarganya.
Bahkan, dia sempat membujuk tantenya untuk memesan penginapan yang berada di pinggir pantai. Namun saat itu tantenya telah memesan kamar yang berada di tempat yang agak tinggi.
Keputusan tantenya itu ternyata sangat tepat mengingat ternyata keesokan harinya terjadi Tsunami di sana.
"Karena kita kan sebenarnya dari Medan, pulang ke Aceh gitu. Terus Mama sama Papa nyusul, aku berangkat duluan tuh sama tante sama om. Malam sebelum tsunami itu kita main di pantai sampai jam 12.00 malam, di pinggir pantai itu udah mulai nggak ada sinyal," ujar Cut Meyriska.
Cut Meyriska pun menceritakan kepanikan yang dirasakannya kala merasakan gempa dan Tsunami kala itu. Dia yang menginap di posisi cukup tinggi pun dapat melihat bagaimana gelombang tsunami menggulung daerah tersebut.
"Akunya di kamar sendiri tuh inget banget lagi mau mandi. Pas mandi itu tuh goyang, nih kayaknya kurang tidur lah. Dari luar waktu itu nggak bilang tsunami cuma bilang air laut naik. Jadi keluar itu pakai handuk sambil lari, pakai baju jalan ke lobby, sampai keluar itu kita karena kita paling puncak jadi kita bisa melihat gelombangnya itu," sambungnya.
Komunikasi Cut Meyriska bersama keluarga di Medan pun sempat terputus hingga dia dikira telah meninggal dunia, terbawa gelombang Tsunami.
"Jadi keluarga yang kayak mama papa yang masih di Aceh itu udah tahunya kita udah tenggelam dan kita sudah enggak ada. Karena kan seminggu enggak ada komunikasi. Kalau abangku di Medan ngeliatin TV ngeliatin jasa-jasad, 'ada gak jasad adek gue, gue cuma butuh jasadnya doang, gak ngarepin yang lain'," pungkasnya.
Editor : Jamaluddin
Artikel Terkait