ACEH UTARA, iNewsPortalAceh.id - Presiden Prabowo Subianto sejak terpilih hingga dilantik pada 20 Oktober 2024 terus menegaskan program prioritasnya, salah satunya adalah ketahanan pangan dengan petani sebagai garda terdepan. Namun, di Aceh Utara, yang dikenal sebagai daerah agraris dengan lebih dari 60% penduduk bergantung pada pertanian, kondisi berbeda justru terjadi.
Sejak 2020, ribuan petani di delapan kecamatan di Aceh Utara – Meurah Mulia, Nibong, Samudera, Syamtalira Aron, Tanah Luas, Syamtalira Bayu, Matangkuli, dan Lhoksukon – serta satu kecamatan di Kota Lhokseumawe tidak bisa menggarap sawahnya. Hal ini akibat rusaknya Bendungan Krueng Pase, bendungan utama yang selama ini berfungsi menampung banjir sekaligus mengairi lahan pertanian.
Proyek Rehabilitasi Mangkrak
Sekretaris Umum HMI Badko Aceh, Muhammad Fadli, yang juga putra Aceh Utara, menyoroti persoalan ini."Sejak empat tahun terakhir, bendungan itu tidak berfungsi optimal karena mengalami kerusakan berat. Ketiadaan air menyebabkan ribuan petani kehilangan musim tanam secara berulang," ungkap Fadli.
Ia menjelaskan, proyek rehabilitasi bendungan sebenarnya sudah dimulai sejak 12 Oktober 2021 dengan nilai kontrak Rp44,8 miliar oleh PT Rudi Jaya asal Sidoarjo, Jawa Timur. Namun proyek itu gagal diselesaikan sesuai jadwal hingga 30 Desember 2022. "Menurut informasi yang kami terima, kontraktor sebelumnya tidak mampu menuntaskan pekerjaan. Maka proyek diputus kontraknya," kata Fadli.
Editor : Armia Jamil
Artikel Terkait