GAZA, iNewsPortalAceh.id – Saat azan magrib dikumandangkan di puing-puing Gaza, keluarga Abu Rizek berbuka puasa dengan makan bersama di reruntuhan rumah mereka.
Raut muka sedih tampak jelas tergurat di wajah mereka, mengingat semua kerugian yang mereka alami akibat operasi militer Israel sejak tahun lalu.
Meskipun keluarga tersebut telah berhasil mengumpulkan cukup makanan untuk berbuka puasa, ternyata lebih banyak lagi orang lain yang kurang beruntung di daerah kantong Palestina itu.
Saudara-saudara mereka ada yang telah dilanda kelaparan berhari-hari bahkan berminggu-minggu sebelum masuknya Ramadhan.
“Ramadhan tahun lalu (berjalan) baik tapi tahun ini tidak. Banyak yang telah hilang dari kami. Saudari-saudariku, keluargaku. Rumah kami hancur. Masih ada orang di bawah reruntuhan yang belum bisa dikeluarkan,” kata Um Mahmoud Abu Rizek.
Perempuan itu duduk bersila di antara dinding-dinding beton yang runtuh dan terlihat sedang memasak di atas api.
“Kami hanya makan sup dan makanan kaleng. Sekaleng kacang-kacangan. Kami sangat bosan dengan makanan kaleng dan merasa muak. Anak saya terus-menerus mengatakan perutnya sakit,” katanya.
Hampir setiap tahun, keluarga itu berkumpul dengan sahabat dan tetangga mereka untuk duduk di malam hari, makan, shalat, dan merayakan Idul Fitri bersama.
“Tahun ini tidak ada tetangga atau orang-orang tercinta. Mereka tidak ada lagi di sini. Yang tersisa hanyalah kami dan anak-anak, duduk di sini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dengan kami,” katanya.
Bergantung pada bantuan makanan Perang di Gaza dipicu pada 7 Oktober ketika pejuang Hamas mengamuk di Israel Selatan.
Serangan yang dilancarkan kelompok perlawanan Palestina tersebut pada waktu itu menewaskan 1.200 orang Israel. Para prajurit Hamas juga menawan 253 orang Israel lainnya dan membawa mereka ke Gaza.
Sejak itu, militer zionis meluncurkan serangan darat dan udara di Jalur Gaza hingga menewaskan lebih dari 31.000 warga sipil Palestina di sana.
Sementara itu, sebagian besar dari 2,3 juta penduduk daerah itu terpaksa mengungsi. Harapan untuk gencatan senjata di bulan Ramadhan pupus ketika Israel dan Hamas berdebat mengenai persyaratan yang mesti dipenuhi kedua pihak.
Setelah hampir seluruh impor komoditas dihentikan, sebagian besar penduduk Gaza kini sepenuhnya bergantung pada bantuan pangan.
Banyak di antara mereka yang hanya makan di dapur umum, termasuk saat berbuka puasa di Bulan Ramadhan. Di salah satu dapur di Rafah, orang-orang berkerumun sambil memegang mangkuk plastik untuk sesendok makanan.
Editor : Jamaluddin