JAKARTA, iNewsPortalAceh.id - Deretan ulama asal Indonesia bertaraf dunia telah banyak berkiprah bagi peradaban Islam. Banyak ulama asal Tanah Air yang didaulat menjadi pengajar dan imam di Masjidil Haram, Makkah karena diakui kefakihan dan keluasan ilmu agamanya.
Kiprah para ulama Nusantara di Tanah Hijaz itu telah mengharumkan nama Indonesia. Selain sebagai penjaga dan pembimbing umat, para ulama juga memiliki peran penting dalam kehidupan bangsa.
Ulama dikenal sebagai orang yang mumpuni untuk menjawab segala persoalan yang berkaitan dengan keagamaan.
Posisinya sering kali disebut sebagai pewaris para Nabi. KH Misbahul Munir mengatakan, ulama mempunyai posisi yang tinggi di hadapan Nabi Muhammad SAW, bahkan disebut sebagai pewaris para Nabi.
"Kalau posisi yang tertinggi dalam Islam itu kita kenal dengan Nabi. Maka kalau kita menyebut ulama itu setelah tidak ada Nabi Muhammad SAW," tutur Kiai Misbah, seperti dikutip dari Kiswah, iNews.
Menurut Kiai Misbah, posisi ulama disebut sebagai pewaris Nabi, sebab keberadaannya turut berperan penting setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, lanjut Kiai Misbah, Allah SWT akan mengangkat derajat para ulama lebih dari orang-orang yang beriman.
Berikut deretan ulama Indonesia bertaraf dunia yang memiliki pengaruh besar karena kedalaman ilmu agamanya:
1. Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.
Deretan ulama Indonesia bertaraf dunia pertama yakni Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Dia merupakan ulama besar asal Minangkabau, Sumatera Barat yang berkiprah di Makkah. Dia menjadi ulama pertama Indonesia yang diangkat oleh penguasa Haramain untuk menjabat sebagai imam dan khatib di Masjidil Haram.
Lahir di Koto Tuo, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 26 Juni 1860, Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi juga merupakan keturunan seorang ulama besar, Syekh Ahmad Latif.
Dengan bimbingan sang ayah, Syekh Ahmad Khatib mempelajari ilmu agama dan menghafalkan Al-Qur’an. Kemudian, ia menuntut ilmu dari para ulama di Makkah.
Dikenal sebagai ulama paling produktif di Indonesia, Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi telah banyak menghasilkan buku-buku agama berbahasa Arab dan Melayu, mulai dari ilmu fikih, ushul fikih, dan tasawuf.
Di antaranya, Al Qaulul Hashif fi Tarjamah Ahmad Khathib bin ‘Abdil Lathif, Raudhatul Hussab, serta Al Bahjah fil’Amalil Jaibiyyah. Sebagai guru, Syekh Ahmad Khatib memiliki banyak murid, seperti KH Hasyim Asy’ari, yang mendirikan Nahdlatul Ulama, dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi wafat pada 1916 dan dimakamkan di Makkah, Arab Saudi.
2. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Deretan Ulama Indonesia bertaraf dunia berikutnya dari Tanah Banjar, Kalimantan Selatan. Dialah Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur Rahman Al Banjari atau lebih dikenal dengan nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Lahir di Martapura, Kalimantan Selatan pada 17 Maret 1710, Syekh Muhammad Arsyad merupakan seorang ulama besar fiqih Mazhab Syaf’i. ia mulai menimba ilmu agama di Makkah ketika berumur 30 tahun.
Syekh Muhammad Arsyad meninggal di usia 102 tahun, pada 3 Oktober 1812. Semasa hidup, ia banyak membuat kitab yang bermanfaat. Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal adalah Kitab Sabilal Muhtadin, atau lengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amriddin, yang menjadi rujukan banyak umat Islam di Asia Tenggara.
3. Syekh Nawawi Al Bantani.
Berikutnya deretan ulama Indonesia bertaraf dunia ada Syekh Nawawi Al Bantani.
Syekh Nawawi lahir pada tahun 1230 H/1815 M di Desa Tanara, Serang, Banten. Syekh Nawawi meninggal pada tahun 1314 H/1897 M pada usia 84 tahun.
Nama lengkap Syekh Nawawi adalah Abu Abdul Mu'thi Muhammad Nawawi bin Umar. Terlahir dari keluarga yang saleh, ia memiliki tradisi keagamaan sebagai keturunan keluarga kerajaan dan bangsawan Kerajaan Banten.
Setelah menimba ilmu dari ayahnya dan ulama-ulama di Banten, Syekh Nawawi Al Bantani pergi menuntut ilmu ke Makkah. Syekh Nawani kemudian menjadi ulama besar di Tanah Suci sekaligus guru yang disegani.
Beberapa ulama Indonesia yang belajar kepada Syekh Nawawi adalah KH Kholil dari Bangkalan, KH Saleh Darat dari Semarang, dan KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama).
Syekh Nawawi merupakan kakek buyut Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin. Syekh Nawawi Al Bantani telah menulis lebih dari 100 kitab, yang meliputi kitab ilmu fikih, tauhid, tafsir, tasawuf dan hadits.
Kitab-kitabnya banyak menjadi rujukan pesantren di Indonesia. Salah satu karya Syekh Nawawi Al Bantani yang terkenal adalah Tafsir Al Munir.
4. Syekh Muhammad Yasin Al Fadani.
Salah seorang ulama besar Indonesia yang mendunia adalah Syekh Muhammad Yasin Al Fadani. Meskipun lahir dan wafat di Makkah, Syekh Yasin Al Fadani berasal dari tanah Minang, Sumatera Barat.
Syekh Yasin Al Fadani dibesarkan dalam keluarga yang religius dan dalam tradisi keilmuan yang kuat. Tak hanya di Makkah, Syekh Yasin juga menuntut ilmu ke berbagai negara agar memperoleh sanad ilmu yang kuat.
Karena kedalaman ilmunya, Syekh Yasin Al Fadani dijuluki al muhaddits (guru besar hadits), al allamah (orang dengan kapasitas keilmuan di atas rata-rata), serta musnid ad dunya (mata rantai periwayatan hadits pada zamannya atau gudang sanad dunia abad ke-20.
Selain itu, Syekh Yasin Al Fadani dianggap sebagai perintis madrasah banat (sekolah perempuan), yakni Madrasah Ibtidaiyah putri di Makkah. Perjalanan madrasah banat ini dari tahun ke tahun berkembang pesat, terbukti dengan semakin banyaknya pelajar yang menimba ilmu di madrasah putri pertama di Kota Makkah itu.
Ulama yang dilahirkan pada 1917 M ini wafat dalam usia 73 tahun, pada 1990.
5. Syekh Mahfudz At Tarmasi.
Berasal dari Tremas, Pacitan, Jawa Timur Syekh Mahfudz At Tarmasi bernama lengkap Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin Abdul Manan bin Dipomenggolo.
Syekh Mahfudz At Tarmasi merupakan ulama yang tingkat keilmuannya diakui di dunia. Syekh Mahfudz lahir pada tahun 1842 dari keluarga dengan didikan agama yang kuat.
Untuk memperdalam ilmu agama, Syekh Mahfudz berguru pada ulama-ulama besar di Makkah. Dengan bekal ilmunya, ia kemudian menjadi guru.
Banyak murid yang berdatangan untuk belajar kepadanya. Sebagian muridnya juga mengikuti jejak menjadi ulama besar, misalnya KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah.
Syekh Mahfudz menulis banyak kitab dengan beragam bidang ilmu, mulai dari hadits, hukum Islam, fikih, hingga qiraat. Kitab Hasyiyah At Tarmasi setebal tujuh jilid yang berisi tentang hukum Islam menjadi rujukan berbagai institusi keagamaan Islam di dunia.
Sementara kitabnya yang berjudul Ghunyatut Thalabah Syarah ala Mandzumat at-Thayyibah fi Qiraatil Asyrah dijadikan acuan wajib untuk perkuliahan di Fakultas Al-Qur’an Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Syekh Mahfudz At Tarmasi meninggal dunia pada tahun 1920 di Makkah.
6. Syekh Sayyid Utsman Betawi.
Syeikh Sayyid Utsman Betawi merupakan seorang sosok ulama besar yang menjadi guru dari semua guru agama, khususnya masyarakat Betawi. Ia lahir di Kampung Arab (Pekojan) Jakarta Barat pada 17 Rabi’ul Awwal 1238 H atau 1822 M dengan nama lengkap Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya al-Alawi.
Pada namanya tersemat ‘Sayyid’ karena nasabnya yang tersambung dengan Rasulullah SAW. Syekh Sayyid Utsman diangkat menjadi mufti setelah 22 tahun menimba ilmu di lebih dari 10 negara. Ia menjadi mufti di Indonesia pada pertengahan abad ke-19, di masa pemerintahan kolonial Belanda.
Sebagai mufti, ia mengeluarkan fatwa yang menjadi jawaban atas persoalan umat berkaitan dengan hukum Islam. Syekh Sayyid Utsman Betawi dikenal sebagai ulama yang berpengaruh. Ia sangat produktif menulis.
Diketahui, ada lebih dari 100 kitab yang telah ditulisnya dan menjadi sumber rujukan masyarakat. Kitab-kitab tersebut di antaranya, Jawazu Ta'addudil Jumu'ah, Kitab Al Faraidh, dan Shifat Dua puluh.
Pada tahun 1913, Syekh Sayyid Utsman Betawi meninggal dunia. 7. Buya Hamka Prof Dr H Abdul Malik Karim Amrullah, atau yang dikenal dengan nama Hamka, lahir pada 17 Februari 1908 dan wafat pada 24 Juli 1981.
Hamka merupakan seorang ulama dan sastrawan Indonesia yang dihormati dan disegani di kawasan Asia hingga Timur Tengah.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan berbagai karya yang diakui oleh dunia. Hamka menyampaikan pemikirannya terkait Islam melalui buku-bukunya yang berjudul Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-Ayat Mi’raj, serta Tafsir Al Azhar.
Sementara dalam hal agama dan filsafat, Hamka mengarang beberapa buku, di antaranya Tasawuf Modern Di bidang sastra, Buya Hamka menulis novel antara lain, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, serta novel terbitan tahun 1936 berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah, yang telah dua kali diangkat dalam film layar lebar.
Karya yang dihasilkan Buya Hamka tidak hanya dipublikasikan oleh penerbit nasional sekelas Balai Pustaka tetapi juga diterbitkan di beberapa negara Asia Tenggara bahkan dirilis di berbagai situs, blog dan media informasi lainnya.
Itulah deretan ulama Indonesia bertaraf dunia yang memiliki keluasan ilmu agama.
Editor : Jamaluddin