GAZA, iNewsPortalAceh.id - Krisis kemanusiaan di Gaza semakin parah pada Kamis (12/10/2023) ketika jet Israel terus menggempur daerah kantong padat penduduk tersebut sebagai respons terhadap serangan teror brutal Hamas.
Pemerintah Israel dilaporkan membentuk kabinet perang darurat dan memerintahkan rumah sakit untuk bersiap menghadapi eskalasi kekerasan yang diperkirakan akan terjadi.
Konflik yang telah berlangsung puluhan tahun antara Israel dan Palestina memasuki wilayah yang belum dipetakan minggu ini setelah Israel mengalami serangan terburuk yang dilakukan oleh militan Palestina sejak pendiriannya 75 tahun lalu.
Israel telah meningkatkan serangannya di Gaza setelah serangan gencar Hamas pada 7 Oktober lalu, ketika militan bersenjata menyerbu perbatasan yang dijaga ketat menuju Israel.
Orang-orang bersenjata itu menewaskan lebih dari 1.200 orang, melukai ribuan lainnya dalam serangan terkoordinasi melalui peternakan dan komunitas di mana mereka juga menyandera sebanyak 150 orang.
Kekejaman tersebut telah memicu kebencian internasional dan janji pemerintah Israel untuk menghancurkan Hamas, yang terus menembakkan roket ke kota-kota Israel selama lima hari terakhir.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, setidaknya 1.100 orang telah terbunuh di Gaza, termasuk ratusan wanita dan anak-anak.
Ribuan lainnya terluka ketika serangan udara Israel terus menghantam wilayah padat penduduk, menghancurkan bangunan, membuat seluruh jalan menjadi puing-puing dan menjebak penduduk. Israel telah memerintahkan “pengepungan total” terhadap daerah kantong berpenduduk 2 juta orang, termasuk menghentikan pasokan listrik, makanan, air dan bahan bakar.
Pernyataan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) pada Kamis (12/10/2023) pagi mengatakan lebih dari 330.000 orang telah mengungsi di Gaza.
Kepala otoritas listrik Gaza Galal Ismail mengatakan kepada CNN, satu-satunya pembangkit listrik di Gaza berhenti beroperasi pada Rabu (11/10/2023) setelah kehabisan bahan bakar.
Kementerian Kesehatan Palestina memperingatkan rumah sakit diperkirakan akan kehabisan bahan bakar pada Kamis (12/10/2023), yang menyebabkan kondisi “bencana”.
Video dan foto dari daerah kantong yang terkepung menggambarkan adegan tragedi dan patah hati.
“Ada bagian tubuh berserakan dimana-mana. Masih ada orang yang hilang,” kata seorang pria di kawasan utara Al-Karama.
“Kami masih mencari saudara-saudara kami, anak-anak kami. Sepertinya kita terjebak dalam mimpi buruk,” lanjutnya.
Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), menanggapi serangan Hamas, Israel telah mengerahkan sekitar 300.000 tentara cadangan di dekat perbatasan Gaza.
Ini menjadi sebuah mobilisasi besar mengingat negara tersebut memiliki populasi 9 juta jiwa.
Pada Kamis (12/10/2023), IDF mengatakan pihaknya melanjutkan serangan besar-besaran terhadap sasaran teror milik organisasi teroris Hamas di jalur Gaza, seiring dengan meningkatnya spekulasi kemungkinan serangan darat ke Gaza.
“Kami telah mengirimkan infanteri, tentara lapis baja, korps artileri, dan banyak tentara lainnya dari cadangan. Jumlahnya 300.000 di brigade yang berbeda,” kata Letkol Jonathan Conricus, Rabu.
“Mereka sekarang berada di dekat Jalur Gaza, bersiap untuk melaksanakan misi yang telah diberikan kepada mereka,” tambahnya.
Pemerintah Israel juga mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan rumah sakit dan sistem layanan kesehatannya untuk kemungkinan peningkatan situasi keamanan.
Serangan Hamas juga telah memicu persatuan politik di Israel setelah berbulan-bulan perselisihan dalam negeri dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dan pemimpin Partai Persatuan Nasional Benny Gantz bersama-sama mengumumkan pemerintahan darurat dan kabinet manajemen perang pada Rabu (11/10/2023).
Editor : Jamaluddin