TAKENGON, iNewsPortalAceh.id- Berawang Dewal merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah yang terkenal dengan penduduknya yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
Desa yang dihuni 1034 jiwa ini terdiri dari banyak suku, mulai dari Kalimantan, Papua, Gayo, Jawa, Sunda, Aceh sampai suku Batak pun mendiami wilayah yang jaraknya 40 KM dari Ibu Kota Takengon.
Yusrayuddin, Kepala Desa Berawang Dewal saat diwawancara menjelaskan awal mula terbentuknya desa yang terletak di Kecamatan Jagong Jeget itu.
Ia mengatakan awalnya daerah itu merupakan wilayah transmigrasi yang dimulai pada tahun 1990 secara bertahap, dan dihuni pada tahun 1995 dengan kuota penduduk pribumi asli kala itu hanya 30%.
Uniknya, walaupun berbeda-beda suku namun penduduk Berawang Dewal tetap menjaga kearifan lokal namun tidak menghilangkan adat dan budaya mereka masing-masing.
"Penduduk disini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, walau dari suku mana pun tetap menjaga kearifan lokal yang ada, misalnya kalau pernikahan kita pakai Adat Gayo nantinya kita selipkan prosesi pecah telur dari Adat Jawa, ini yang membuat wilayah ini kaya akan budaya," kata Yusrayuddin.
Yusrayuddin juga menjelaskan cara mereka dalam merawat rasa toleransi, yaitu dengan diadakannya kegiatan-kegiatan pemersatu seperti tahlilan, yasinan, kelompok pengajian ibu-ibu, festival kesenian yang diadakan oleh pemuda serta menanamkan rasa bergotong royong.
Ia mengatakan cara itu sangat efektif memberikan manfaat pendidikan dan sosial, dibalik itu terselip makna persatuan Bhinneka Tunggal Ika.
Terbukti, walau pada masa tahun politik yang rentan terhadap perpecahan, penduduk Berawang Dewal tetap menjaga ukhuwah silaturahmi antara mereka dengan mufakat.
"Saya memanggil para tim sukses pada pemilihan legislatif kemarin, kami duduk membuat kesepakatan bersama agar tercipta suasana yang rukun dan damai serta bersaing secara sehat tanpa terpecah belah," jelas Yusrayuddin Kepala Desa Berawang Dewal.
Yusrayuddin juga memberikan harapan kepada masyarakatnya agar senantiasa menjaga jati diri dari mana mereka berasal dan tetap memelihara adat yang diwariskan masing-masing.
"Kami menghimbau kepada masyarakat agar senantiasa memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahasa, adat dan tradisi budaya, misalnya kita dari Suku Sunda, maka sampaikanlah kepada anak cucu kita adat tradisi serta Bahasa Sunda, jangan sampai anak cucu generasi kita tidak lagi mengetahui adat dan budaya yang kita bawa," ungkapnya.
Disisi lain, Diki Prasetyo selaku pemuda yang berasal dari Kampung Berawang Dewal memiliki pandangan terhadap pola budaya di Kampung Berawang Dewal, berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan budaya di tanah kelahirannya sudah berakulturasi.
Menurutnya penduduk Berawang Dewal terdiri dari banyak suku dan budaya namun di dominasi oleh masyarakat Suku Gayo dan Jawa, kedua suku yang mendominasi tersebut kental dengan adat dan budayanya.
"Sebagai contoh dalam hal kesenian Suku Gayo dengan didong dan tari samannya dan Suku Jawa dengan kuda lumpingnya namun demikian itu bukan merupakan sebuah masalah dalam kehidupan bermasyarakat, dari segi adat dan budaya dalam pelaksanaanya semua komponen masyarakat semua ikut serta dan membaur tanpa harus berlatar belakang budaya yang sama, baik dari masyarakat lokal dan pendatang." Jelas Diki.
Sampai pada saat ini mereka tetap teguh memegang prinsip yang di ajarkan oleh para orang tua mereka untuk menjaga persatuan serta tidak memandang ras suku dari mana mereka berasal.
Editor : Jamaluddin