Refleksi 18 Tahun Perjalanan Kabupaten Pidie Jaya, Pergantian Kepemimpinan Sampai Gempa Dahsyat

PIDIE JAYA, iNewsPortalAceh.id - Delapan belas tahun lalu, tepatnya pada hari Jum'at 15 Juni 2007 pukul 10.20 Wib, Menteri Dalam Negeri mengetuk gong (rapai) di Anjong Mon Mata Banda Aceh sebagai tanda lahirnya Kabupaten Baru.
Kabupaten baru itu pun melangkah memulai perjalanannya dan menjadi tempat tinggal sekitar 165.000 jiwa dengan kota Meureudu sebagai ibukotanya, Kabupaten itu dikenal dengan sebutan "Pidie Jaya" dan dikenal dengan julukan "Bumi Japakeh".
Rasa haru dan syukur serta lantunan sholawat, tahlil, tahmid terdengar di desa-desa kala itu.
Menandakan bahwa masyarakat Pidie Jaya kala itu dapat memiliki harapan yang baru, nyata, dan berdiri di kaki sendiri karena daerah tersebut sudah memiliki akar sejarah yang kuat dan terbentuk sejak 600 tahun lalu.
Bermula dari sebuah mimpi ditengah gejolak perang yang berkecumbuk masa konflik Aceh tepatnya ditahun 2003, para tokoh Pidie Jaya kala itu menginisiasi pembentukan dan pemekaran Kabupaten Pidie Jaya.
Sejak menginisiasi lahirnya Kabupaten Pidie Jaya dari Kabupaten Pidie, para tokoh-tokoh pencetus Kabupaten Pidie Jaya harus bekerja bertahun-tahun untuk dapat membelah dan berpisah dari Kabupaten Pidie.
Tokoh terkenal kala itu adalah Salman Ishak berjuang keras dengan tokoh-tokoh yang ada di delapan kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya, demi melahirkan kabupaten yang berjuluk Nanggroe Japakeh, Nanggroe Teuleubeh Keuneubah Ulama.
Perjuangan para tokoh pemekaran Kabupaten Pidie Jaya berbuah hasil. Pada 15 Juni tahun 2007, Kabupaten Pidie Jaya lahir dan Salman Ishak sendiri dipercayakan sebagai Pj Bupati Pidie Jaya.
Dikutip dari sebuah artikel, Salman mengatakan salah seorang tokoh penting pemekaran, Bakhtiar Efendi meminta untuk memasukan semboyan moto "Peugah lagee buet, peubuet lagee na" pada lambang atau logo Pidie Jaya.
"Yang mencetuskan 'Peugah lagee buet, peubuet lagee na' adalah Bakhtiar Efendi, beliau yang meminta memasukan kata itu sebagai semboyan moto Pidie Jaya," ungkap Salman Ishak.
Pada tahun 2009, Kabupaten Pidie Jaya melaksanakan Pilkada perdananya dan memenangkan Alm. Gade Salam dan M Yusuf Ibrahim.
Lima tahun memimpin, berbagai terobosan dilakukan oleh Bupati Gade Salam dan Wakil Bupati M Yusuf Ibrahim dan salah satu yang terkenal ialah pembangunan jembatan layang menuju komplek perkantoran Cot Trieng.
Tahun 2014, Pilkada Pidie Jaya kembali digelar dengan memenangkan pasangan Aiyub Abbas dan Said Mulyadi menjadi bupati dan wakil bupati Pidie Jaya dengan perolehan suara terbanyak.
Aiyub Abbas dan Said Mulyadi pun tancap gas menata dan melanjutkan program pembangunan sebelumnya, pada masa ini, fokus membangun dimulai dari gampong, mulai dari ekonomi masyarakat gampong, membangun jalan-jalan di pedesaan, hingga membangun fasilitas umum di gampong-gampong.
Pidie Jaya pun sempat di terjang gempa dahsyat tahun 2016, menghancurkan fasilitas dan sarana masyarakat, serta menghancurkan ribuan rumah masyarakat, disinilah peran penting Aiyub Abbas dan Said Mulyadi untuk membuat Pidie Jaya segera bangkit.
Dengan prestasi tersebut, menghantarkan nama Aiyub Abbas dan Said Mulyadi menuju periode ke dua pada tahun 2019 s.d 2024, selepas itu munculah nama-nama Pj Bupati Pidie Jaya seperti Ir. Jailani dan Pj Bupati T. Ahmad Dadek.
Kini, Bupati dan Wakil Bupati Pidie Jaya di jabat oleh H. Sibral Malasyi dan Hasan Basri yang meraih suara terbanyak pada pilkada serentak yang dilaksanakan pada tahun 2024.
Semangat membara dan gaya kepemimpinan yang dekat dengan rakyat membuat kedua sosok ini dicintai oleh banyak masyarakat, Kini, Kabupaten Pidie Jaya bersiap menyambut dan rayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-18 Tahun hari jadinya pada tanggal 14 s.d 15 juni mendatang dengan mengusung tema "Pidie Jaya Maju dan Meusyuhue".
Serangkaian acara pun akan digelar oleh Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat sebagai bentuk rasa syukur dan refleksi atas perjalanan panjang pembangunan sejak dimekarkan dari Kabupaten Pidie sampai pada saat ini.
Editor : Jamaluddin